News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ukuran Lingkar Pinggang karena Obesitas Tingkatkan Risiko Diabetes Melitus

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Obesitas dan kegemukan dapat dialami oleh seseorang dari semua kelompok usia, termasuk usia dewasa muda.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Obesitas dan kegemukan dapat dialami oleh seseorang dari semua kelompok usia, termasuk usia dewasa muda.

Kedua hal tersebut, menjadi faktor pencetus terjadinya penyakit sindroma metabolik seperti diabetes mellitus atau kencing manis tipe 2.

Sindroma metabolik tersebut dapat berkorelasi dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas, serta merupakan beban secara sosioekonomi di masyarakat.

Baca juga: Dampak yang Dirasakan Tubuh Jika Sering Melewatkan Sarapan, Bisa Picu Obesitas

Baca juga: 5 Perubahan Gaya Hidup Sehat Ini Dapat Membantumu Mengontrol Diabetes, Apa Saja?

DM tipe ini merupakan kondisi dimana kadar gula dalam tubuh meningkat dan dapat menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah serta mengganggu persarafan pada berbagai organ tubuh manusia.

Guru besar Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR) Prof Viskasari Pintoko Kalanjati dr M Kes PA(K) PhD menyebut, pengukuran indeks massa tubuh serta rasio lingkar pinggang panggul dapat menjadi parameter awal deteksi obesitas dan kegemukan pada sampel suatu populasi.

Pada penelitian yang dilakukannya, adanya peningkatan kadar gula darah dalam tubuh yang dipelajari pada orang-orang dengan indeks massa tubuh dan rasio lingkar pinggang dan panggul normal dan tinggi.

Ilustrasi diet (Tribunnews)

Sampel populasi adalah kelompok usia 17-23 tahun dengan status sebagai mahasiswa di Kota Kediri, Jawa Timur, Indonesia.

“Dari penelitian ini diharapkan adanya kesadaran masyarakat khususnya kalangan usia dewasa muda akan risiko obesitas dan kegemukan terhadap kadar gula darah yang nantinya dapat menjadi faktor risiko penyakit DM T2. Serta dapat menyebabkan peningkatan angka kesakitan bahkan kematian di usia yang lebih lanjut,” ujarnya dari lama Unair.ac.id dikutip Senin (28/2/2022).

Ia menjelaskan, kadar glukosa darah dari 150 partisipan diukur menggunakan metode glucometri dari darah tepi minimal 8 jam puasa, pengukuran indeks massa tubuh dan lingkar pinggang dan panggul diukur menggunakan metode antropometri standar oleh dua tenaga kesehatan profesional yang terlatih.

“Dari penelitian ini didapatkan bahwa 30,7 persen partisipan mengalami obesitas, di mana laki-laki memiliki indeks massa tubuh yang lebih besar dibandingkan perempuan secara bermakna. Didapatkan 18 persen angka kegemukan dengan besaran indeks massa tubuh perempuan yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan laki-laki," ujarnya.

Sementara sebanyak 15,3 persenpartisipan masuk dalam kategori kurus, dan sisanya memiliki indeks massa tubuh yang normal.

Selain itu, 9 dari 150 partisipan dengan angka gula darah puasa (GDP) melebihi nilai normal, dan didapatkan hubungan yang erat antara besaran indeks massa tubuh maupun lingkar pinggang dan panggul seseorang dengan kadar GDP.

"Faktor risiko penyakit kencing manis berkaitan erat dengan obesitas dan kegemukan pada usia dewasa muda yang nampak sehat. Hal ini hendaknya menjadi perhatian kita untuk berusaha menjaga pola hidup sehat dan mengatur diet agar terhindar dari obesitas dan kegemukan dini yang berpotensi menyebabkan penyakit kencing manis di masa yang akan datang,” pesannya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini