Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Balita berinisial GI (3) asal Kecamatan Muaragembong, Kabupaten Bekasi, suka memakan kertas.
Orang tua GI menyatakan, kebiasaan tersebut muncul sejak GI berumur 1 tahun.
Tak hanya kertas, namun juga sandal, kerikil dan styrofoam.
Bagaimana hal itu bisa terjadi?
Baca juga: Ada Balita Punya Kebiasaan Makan Kertas Sandal hingga Styrofoam, Ini Pandangan Dokter Soal Itu
Baca juga: Bocah Asal Bekasi yang Doyan Santap Kertas dan Sandal Bakal Diperiksa di RSUD Cabangbungin
Apakah kebiasaan tersebut merupakan tanda suatu penyakit dan memiliki dampak pada kesehatan? Serta bisakah diobati?
Simak penjelasan Dokter Anak Ahli Nutrisi dan Penyakit Metabolik, Meta Hanindita yang memberi edukasi melalui akun Instagramnya, seperti dikutip Tribunnews.com, Kamis (24/3/2022).
Menurut Meta, kondisi yang dialami GI adalah pica.
Dalam sebuah jurnal Fifteen-minute Consultation: The Child With Pica disampikan bahwa pica merupakan gangguan makan yang berupa keinginan terus menerus untuk makan yang bukan makanan, tidak mengandung nilai gizi signifikan, setidaknya selama sebulan.
Jadi apa saja yang bisa dimakan orang pica?
Baca juga: Balita di Bekasi Punya Kebiasaan Makan Kertas, Begini Tanggapan Dokter Umum
Baca juga: Dinkes Turun Tangan, Bocah Muaragembong Makan Kertas Bakal Diperiksa di RSUD Cabang Bungin
Ada yang suka makan batu (litophagia), rambut (tricophagia), kayu (xylophagia), es (pagophagia).
Tanah liat, kotoran, akar tanaman, cat, kertas, korek api, muntahan, penghapus pensil, kancing, koin, baju, kulit telur, spons, busa, kaca, beras mentah, kapur.
Bagaimana anak bisa didiagnosa mengalami pica?
Berikut kriterianya: