Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Banyak wanita yang mengalami nyeri selama masa menstruasi atau haid.
Namun ada pula yang merasakan nyeri sebelum haid. Lalu apa penyebabnya?
Pakar obstetri dan ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Dr. dr. R. Muharam, Sp.OG(K), MPH mengatakan, rasa nyeri haid terbagi menjadi dua.
Nyeri karena gangguan kontraksi haid pada rahim dan adanya gangguan patologi seperti miom, adenomiosis, endometriosis, dan ketidakseimbangan hormon lainnya.
Baca juga: Jangan Anggap Sepele Nyeri Haid, Bisa Jadi Itu Gejala Endometriosis
Baca juga: Benarkah Vaksin Covid-19 Bisa Membuat Siklus Haid Terganggu?
Ia menjelaskan, jika terjadi nyeri haid yang tidak biasa, maka harus segera dilakukan deteksi dini. Karena kondisi tersebut kerap dianggap biasa.
“Jika seorang wanita mulai haid harus kita tanya apakah ada nyeri atau tidak agar segera terlihat memang ada kontraksi berlebih atau memang sudah ada patologinya.
Mau tidak mau kita harus mencari penyebabnya, kadang-kadang juga ada beberapa penyebab namanya prostaglandin yaitu zat-zat yang menyebabkan nyerinya tidak berlebih dan harus dikendalikan” jelas dr. Muharam dalam podcast FKUI beberapa waktu lalu.
Salah satu gangguan patologi yang menyebabkan nyeri adalah endometriosis.
Endometriosis tidak hanya menyerang wanita usia di atas 20 tahun, tetapi mulai dari bayi, remaja sampai lansia bisa terserang oleh endometriosis sehingga harus mulai lebih waspada pada penyakit ini.
"Karena kalau telat akan mengganggu kehidupan. Kadang-kadang nyerinya sampai membuat pingsan, mengganggu aktivitas harus cuti dan untuk yang menikah akan susah mendapatkan keturunan karena endometriosisnya makin hebat dan dapat mengganggu sistem reproduksinya," kata dia.
Endometriosis adalah sel-sel endometrium yang tumbuh diluar rahim.
Sebelum menstruasi, endometrium akan menebal untuk menjadi tempat menempelnya sel-sel telur yang telah dibuahi. Apabila sel telur tidak dibuahi, lapisan endometrium akan luruh, kemudian keluar dari tubuh sebagai darah menstruasi.
Namun, jaringan yang meluruh itu tidak keluar dari tubuh seperti jaringan normal yang terdapat di dalam rahim.
Sisa-sisa jaringan endometrium yang luruh tersebut akan mengendap di sekitar organ reproduksi.
Lama-lama, endapan ini dapat menyebabkan peradangan, pembetukan kista, pembentukan jaringan parut, dan akhirnya menimbulkan berbagai gangguan dan gejala.
Menurut dr. Muharam nyeri berlebihan yang harus diwaspadai adalah nyeri yang tidak kunjung hilang dan memerlukan obat-obatan atau pereda rasa nyeri untuk menghilangkan rasa sakit tersebut.
“Nyeri pada saat menstruasi dapat mengganggu aktivitas keseharian. Jika terlalu lama dibiarkan dan kronis, perlu obat untuk meredakannya. Obat tersebut memang dapat menutup rasa nyerinya, namun jika dikonsumsi secara berlebihan maka akan dapat mengganggu dan membahayakan ginjal,” kata dr. Muharam.