News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Nyeri Saat Haid? Jika Rasakan Seperti Ini, Perlu Diwaspadai

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Nyeri haid, di dalam dunia medis disebut dismenore adalah keluhan umum yang kerap dialami wanita saat haid. Nyeri biasanya muncul pada awal masa menstruasi, tepatnya di perut bagian bawah. Nyeri ini bisa terasa ringan dan sangat mengganggu, hingga terasa berat dan tidak tertahankan sampai mengganggu aktivitas sehari-hari. Gejala dismenore yang sering muncul di antaranya kram atau nyeri perut bagian bawah, nyeri di punggung bawah, naik turunnya mood, pegal-pegal pada kaki, paha bagian dalam terasa ditarik, diare, mual, muntah, pusing, dan sakit kepala. Untuk mengatasi ketidaknyamanan tersebut, ada beberapa cara mudah yang bisa kamu lakukan seperti perbanyak minum air putih hangat atau minum jamu kunir asam, kompres air hangat bagian yang kram dan konsumsi obat pereda nyeri. (Tribun Jateng/ Hermawan Handaka)

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Banyak wanita yang mengalami nyeri selama masa menstruasi atau haid.

Namun ada pula yang merasakan nyeri sebelum haid. Lalu apa penyebabnya?

Pakar obstetri dan ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Dr. dr. R. Muharam, Sp.OG(K), MPH mengatakan, rasa nyeri haid terbagi menjadi dua.

Nyeri karena gangguan kontraksi haid pada rahim dan adanya gangguan patologi seperti miom, adenomiosis, endometriosis, dan ketidakseimbangan hormon lainnya.

Baca juga: Jangan Anggap Sepele Nyeri Haid, Bisa Jadi Itu Gejala Endometriosis

Baca juga: Benarkah Vaksin Covid-19 Bisa Membuat Siklus Haid Terganggu?

Ia menjelaskan, jika terjadi nyeri haid yang tidak biasa, maka harus segera dilakukan deteksi dini. Karena kondisi tersebut kerap dianggap biasa.

“Jika seorang wanita mulai haid harus kita tanya apakah ada nyeri atau tidak agar segera terlihat memang ada kontraksi berlebih atau memang sudah ada patologinya.

Mau tidak mau kita harus mencari penyebabnya, kadang-kadang juga ada beberapa penyebab namanya prostaglandin yaitu zat-zat yang menyebabkan nyerinya tidak berlebih dan harus dikendalikan” jelas dr. Muharam dalam podcast FKUI beberapa waktu lalu.

Salah satu gangguan patologi yang menyebabkan nyeri adalah endometriosis.

Ilustrasi Haid (healthyandnaturalworld.com)

Endometriosis tidak hanya menyerang wanita usia di atas 20 tahun, tetapi mulai dari bayi, remaja sampai lansia bisa terserang oleh endometriosis sehingga harus mulai lebih waspada pada penyakit ini.

"Karena kalau telat akan mengganggu kehidupan. Kadang-kadang nyerinya sampai membuat pingsan, mengganggu aktivitas harus cuti dan untuk yang menikah akan susah mendapatkan keturunan karena endometriosisnya makin hebat dan dapat mengganggu sistem reproduksinya," kata dia.

Endometriosis adalah sel-sel endometrium yang tumbuh diluar rahim.

Ilustrasi anatomi organ reproduksi pria(mynewyorkminute.org) (Via Kompas.com)

Sebelum menstruasi, endometrium akan menebal untuk menjadi tempat menempelnya sel-sel telur yang telah dibuahi. Apabila sel telur tidak dibuahi, lapisan endometrium akan luruh, kemudian keluar dari tubuh sebagai darah menstruasi.

Namun, jaringan yang meluruh itu tidak keluar dari tubuh seperti jaringan normal yang terdapat di dalam rahim.

Sisa-sisa jaringan endometrium yang luruh tersebut akan mengendap di sekitar organ reproduksi.

Lama-lama, endapan ini dapat menyebabkan peradangan, pembetukan kista, pembentukan jaringan parut, dan akhirnya menimbulkan berbagai gangguan dan gejala.

Menurut dr. Muharam nyeri berlebihan yang harus diwaspadai adalah nyeri yang tidak kunjung hilang dan memerlukan obat-obatan atau pereda rasa nyeri untuk menghilangkan rasa sakit tersebut.

“Nyeri pada saat menstruasi dapat mengganggu aktivitas keseharian. Jika terlalu lama dibiarkan dan kronis, perlu obat untuk meredakannya. Obat tersebut memang dapat menutup rasa nyerinya, namun jika dikonsumsi secara berlebihan maka akan dapat mengganggu dan membahayakan ginjal,” kata dr. Muharam.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini