Dalam buku tersebut Prof Koosnadi dan Dr Raymond menjelaskan secara detail titik akupunktur pada struktur kulit yang diketahui merupakan kumpulan sel aktif listrik yang eksistensi kelistrikannya mudah berubah akibat perubahan ion-ion disekitarnya.
Baca juga: Buddha Hotei, Patung Buddha di Jepang yang Dibangun oleh Ahli Akupuntur
Perubahan ion yang sering terjadi ini, membuat titik akupunktur bersifat labil dan mempunyai konduktansi meningkat, tahanan, dan impedansi (hambatan) yang rendah, kapasitas yang tinggi serta potensial listrik yang meningkat dibandingkan dengan titik lain di sekitarnya yang tidak bersifat titik akupunktur.
“Karenanya sistem sistem akupunktur yang ditentukan secara neuroanatomi dan fisiologis dapat memberikan evaluasi kuantitatif yang memprediksi prognosis perawatan akupunktur dan protokol pengobatan standar namun individual yang dapat disesuaikan untuk setiap pasien,” jelas Prof Koosnadi.
Hal menarik, dalam buku tersebut dipaparkan teori klasik terkait lima elemen yang dapat diaplikasikan pada penyakit berdasarkan interkomunikasi neurohormonal antarorgan.
Dalam pemaparan tersebut, pembaca akan mendapatkan korelasi antara teori klasik dan mekanisme kerja fisiologis titik akupunktur pada tubuh yang mempunyai dasar biomedis dan bagaimana hal tersebut dapat diaplikasikan kepada pasien.
Penasaran bukan? Temukan jawaban dari rasa penarasan Anda dalam buku yang ditulis oleh Dr Raymond Tjandrawinata dan Prof. Koosnadi Saputra dalam buku “Dasar Biomedis Akupunktur” (Untuk Diagnosis dan Terapi).