Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Penyakit hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya ditenggarai ditularkan melalui pola hidup yang tidak sehat.
Pola hidup higienis dan menjaga kebersihan tubuh dimulai dari kebersihan tangan menjadi penting.
Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Dwi Prasetyo, dr., Sp.A(K), M.Kes mengatakan, masyarakat sudah punya pengalaman tentang hidup sehat dari Covid-19.
Baca juga: Akses Deteksi Dini Hepatitis Akut pada Anak di Indonesia Dinilai Lemah
Baca juga: Ini Gejala yang Paling Banyak Dialami Pasien Dugaan Hepatitis Akut di Indonesia
"Ini salah satu cara mencegahnya (pola hidup sehat dan bersih,” kata Prof. Dwi dikuti dari laman Unpad, Jumat (20/5/2022).
Prof. Dwi menjelaskan, di luar kasus hepatitis akut misterius, hepatitis merupakan penyakit yang rentan menular.
Penularan hepatitis A ditularkan dari mulut dan pola hidup yang tidak sehat. Hal ini rentan terjadi pada anak-anak sekolah yang kesadaran menjaga kebersihannya masih kurang.
Sementara hepatitis B dan C ditularkan melalui produk darah, di antaranya transfusi darah.
“Untuk hepatitis yang tidak diketahui masih belum tahu persis menular lewat mulut atau transfusi. Bisa juga menular lewat semuanya,” ungkapnya.
Penyakit hepatitis A lebih ringan dari jenis Hepatitis B dan C.
Tapi ada beberapa kasus hepatitis A akut yang kemudian berlanjut menjadi kronis dan bisa menyebabkan kematian. Namun angka kematian akibat hepatitis A tidak terlalu banyak. Sementara hepatitis B dan C cenderung lebih berat dan bisa berlanjut menjadi kronis.
Bahlan beberapa kasus bisa meningkat menjadi sirosis berupa kerusakan organ hati yang memicu kanker pada penderitanya.
Penderita hepatitis B dan C bisa sembuh melalui pengobatan yang terus berkembang.
Sementara hepatitis D dan E seringnya menempel atau koinsiden pada hepatitis A, B, dan C. Karena itu, dua hepatitis ini jarang dilakukan pemeriksaan.
Hingga saat ini, baru hepatitis A dan B yang sudah memiliki vaksin.
Vaksinasi hepatitis B sudah masuk program imunisasi nasional, sehingga bisa diperoleh di tingkat layanan kesehatan primer secara gratis.
Meskipun belum diketahui apakah dua jenis vaksin tersebut bisa mencegah penularan hepatitis misterius, Prof. Dwi menegaskan vaksinasi hepatitis tetap wajib dilakukan.