Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman memberikan pesan terkait pelonggaran penggunaan masker.
"Sekali lagi memberikan pesan. Kita harus hati-hati dalam memberikan pelonggaran terkait masalah boleh atau tidak memakai masker," ungkapnya pada Tribunnews, Rabu (25/5/2022).
Ia pun mengingatkan jika outdoor atau di luar ruangan tidak serta merta aman untuk tidak memakai masker. Karena ini berkaitan dengan keramaian atau dengan sirkulasi udara.
Menurut Dicky, ada indikator sederhana apakah luar ruangan baik atau tidak.
Kalau di dagu terasa ada angin berarti relatif baik. Tapi kalau tidak ada terasa angin, berarti itu berbahaya dan berisiko.
"Jadi saya melihatnya bahwa masalah masker ini masih sangat penting dan tidak bisa digeneralisasi. Sebenarnya saya sepakat dengan yang disampaikan pak presiden," kata Dicky lagi.
Baca juga: Vaksin Covid-19 Tidak 100 Persen Cegah Penularan, Penggunaan Masker Masih Efektif
Presiden Joko Widodo, kata Dicky pernah berkata jika selama enam bulan kedepan akan melakukan transisi sekaligus evaluasi yang sangat berhati-hati.
Di sisi lain, Dicky menyebutkan jika tiap daerah tidak bisa disamaratakan terkait aturan pencegahan Covid-19.
Oleh pak presiden, menurut Dicky aturan yang dikeluarkan harus detail secara teknis di bawah jajaranya supaya tidak terbangun pengabaian.
"Tidak menganggap ini sudah berakhir. Kita harus melihat aspek kehati-hatian dan kewaspadaan, tidak buru buru menjadi sangat penting," tegas Dicky.
Varian Covid-19 bisa saja menginfeksi mereka yang telah divaksinasi Covid-19. Tentu hal ini berisiko, terlebih pada kelompok rentan.
"Ini memberikan pesan pada kita, kalau saya memilih sikap lebih baik tetap memakai masker. Kalau sudah yakin orang terdekat, tiga dosis minimal, tidak berstatus terinfeksi boleh saja. Tapi untuk tidak dikenal sebaiknya keluar rumah memakai masker," tutupnya.(*)