Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Hari ini, setiap 1 Juli diperingati sebagai Hari Bronkiektasis Sedunia. Penyakit ini memang belum banyak dikenal luas.
Bronkiektasis merupakan penyakit saluran napas lebar berlebihan sehingga ada penumpukan lendir mukus yang mengakibatkan infeksi berulang sampai ke gangguan fungsi paru, bernapas serta disability jangka panjang dan bahkan mungkin kematian.
Penyakit ini memberi beban pada pasien dan keluarganya.
"Hari ini adalah tonggak sejarah penting. Peringatan oleh organisasi kesehatan paru di berbagai negara (termasuk Perhimpunan Dokter Paru Indonesia - PDPI) untuk meningkatkan kesadaran kita tentang penyakit ini, dan merupakan advokasi ke penentu kebijakan publik (Kementerian Kesehatan) agar memberi perhatian pada bronkiektasis, selain penyakit paru lainnya," ujar Ketua Majelis Kehormatan, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof Tjandra Yoga Aditama, Jumat (1/7/2022).
Baca juga: 20 Manfaat Jalan Kaki di Pagi Hari, Bisa Menambah Volume Paru-paru
Ia mengatakan, sampai saat ini belum ada data epidemiologi yang pasti tentang jumlah pasien Bronkiektasis, tetapi diperkirakan ada ratusan ribu kasus di dunia dan ribuan kasus di negara Indonesia.
"Diperkirakan angkanya terus meningkat," imbuh mantan petinggi WHO Asia Tenggara ini.
Adapun gejala bronkiektasis antara lain:
- batuk berdahak kental
- sesak napas
- nyeri dada
- sering radang paru
- badan lemah
- demam tak jelas penyebabnya
- penurunan berat badan
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan high-resolution computed tomography (CT) scan paru.
Bronkiektasis kini ditangani dengan dua cara.
Pertama, membersihkan tumpukan lendir di saluran napas (bronkus) di dalam paru, atau airway clearance, semacam fisioterapi, obat dan alat tertentu, aerobik dan minum air yang banyak sehingga lendir di paru jadi lebih encer sehingga lebih mudah dibatukkan keluar.
Cara kedua adalah pencegahan dan pengobatan infeksi paru.
Untuk itu perlu diidentifikasi penyebab infeksi misalnya dari bakteri, jamur, mikobakteria dan lain-lain agar diberi obat yang sesuai.
Baca juga: Bahaya Rokok Elektrik dan Rokok Tembakau bagi Kesehatan, Vape Bisa Buat Kejang hingga Paru Rusak
Saat ini sekitar 40 persen kasus bronkiektasis di dunia belum diketahui penyebabnya secara pasti.
"Penelitian harus terus digalakkan, termasuk di negara Indonesia," harap Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI ini.
Paru adalah organ tubuh penting karena peran utamanya untuk bernapas.
Ada berbagai penyakit yang dapat menyerang paru selain Bronkiektasis, mulai dari infeksi seperti Covid-19, Tuberkulosis, Pneumonia, Asma Bronkial dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), Kanker Paru, maupun Penyakit Paru Akibat Kerja.