Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keberadaan Monkeypox saat ini belum bisa disebut sebagai pandemi. Mengapa?
Alasan ini disampaikan oleh Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman.
"Karena untuk menjadi pandemi, ada syarat lain. Umumnya yang menjadi pandemi ini memiliki karakter Novel Virus. Jadi virus atau bakteri baru yang punya kemampuan menginfeksi secara global," ungkapnya pada Tribunnews, Rabu (13/7/2022).
Baca juga: Studi: Penderita Cacar Monyet Berpotensi Tularkan Viral Load Tinggi
Pertama adalah harus memiliki karakter Novel Virus. Sedangkan situasi Monkeypox saat ini menurut Dicky tidak demikian. Kedua, virus ini terbilang baru.
Karena kebaruan ini, mayoritas manusia tidak punya imunitas. Sehingga wajar lebih efektif memberikan dampak dan menyebar. Karena belum ada masyarakat yang memiliki imunitas.
Di sisi lain, saat ini Monkeypox pun bisa diproteksi dengan vaksin Smallpox. Beberapa hal ini lah yang membuat Mongkeypox berpeluang cukup kecil untuk menjadi pandemi.
Namun, menurut Dicky Monkeypox telah bisa dinyatakan sebagai Public Health Emergency International Concern (PHEIC). Hal ini dikarenakan Monkeypox telah memenuhi tiga syarat.
Baca juga: Kasus Cacar Monyet di Eropa Naik Tiga Kali Lipat, Sumbang 90 Persen dari Total Kasus Global
Pertama, kejadiannya tidak biasa atau tidak dapat diprediksi sebelumnya.
Kedua, adanya potensi menyebar antar negara dan benua. Ketiga, butuh kerjasama secara global untuk menangani penyakit ini.
Dan situasi ini, kata Dicky, perlu diperhatikan secara serius. Menurutnya beberapa negara saat ini tampak biasa saja menghadapi Monkeypox.
"Padahal berbahaya. Saya ingatkan ketika sudah menjadi suatu kasus di komunitas, luar biasa, maka akan sulit. Cenderung akan menjadi endemi," tegasnya.
Ketika Monkeypox telah menyebar di tengah masyarakat, maka perlu program yang cukup lama dan sangat kuat untuk menghilangkan virus tersebut.
Penularan Monkeypox sangat efektif. Bahkan untuk mencuci pakaian atau kontak fisik, perlu pembersihan secara spesifik. Tidak hanya pakai air dan sabun saja.
"Beda dengan Covid-19. Ini membuat cepat sekali menyebar kalau ada di sebuah kelompok," pungkasnya.