TRIBUNNEWS.COM - Badan Pengawas Kesehatan Uni Afrika telah memperingatkan bahwa wabah mpox atau cacar monyet masih belum terkendali di kawasan tersebut.
Mereka mengimbau pihak berwenang untuk mencegah pandemi yang lebih parah daripada Covid-19.
"Situasinya belum terkendali, kami masih dalam tren peningkatan secara umum," kata Ngashi Ngongo dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (Africa CDC) dalam sebuah pengarahan pada hari Kamis (31/10/2024).
Lebih dari 1.100 orang meninggal karena mpox di Afrika. Sekitar 48.000 kasus telah tercatat sejak Januari, menurut CDC.
Afrika Tengah yang paling terdampak wabah ini menyumbang 85,7 persen kasus dan 99,5 persen kematian di benua itu.
Mayoritas kematian terjadi di Republik Demokratik Kongo, episentrum wabah, yang meluncurkan program vaksinasi awal bulan ini.
Kasus-kasus masih meningkat di beberapa negara.
Pada saat yang sama, benua itu berjuang menahan wabah besar lainnya yang muncul menyusul Covid-19, yang menyingkap kelemahan dalam sistem kesehatan Afrika.
Sejauh ini ada 19 negara di Afrika telah melaporkan kasus mpox setelah infeksi terdeteksi di Mauritius, yang populer di kalangan wisatawan yang tertarik dengan pantai putihnya yang menakjubkan dan airnya yang sebening kristal.
Namun, CDC Afrika memperingatkan bahwa dana untuk mencegah penyebaran mpox sangat terbatas.
"Yang kita butuhkan adalah mobilisasi politik dan keuangan yang berkelanjutan,"kata Ngongo.
Ia menambahkan bahwa ini adalah langkah yang diperlukan untuk mencegah mpox menjadi pandemi lain "yang akan jauh lebih parah daripada COVID-19".
Baca juga: WHO Aktifkan Korps Darurat Kesehatan Global Pertama Kalinya Tanggapi Wabah Mpox
Penyakit virus yang berhubungan dengan cacar menyebabkan demam, nyeri tubuh, pembengkakan kelenjar getah bening, dan ruam yang membentuk lepuh, dan memiliki dua subtipe utama – klade 1 dan klade 2.
Inggris Deteksi Kasus Mpox
Inggris mengumumkan pada hari Rabu bahwa mereka telah mendeteksi kasus pertama di negara itu dengan varian mpox terbaru, klade 1b.