News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kenali Terapi Sistemik Imunoterapi dalam Pengobatan Kanker Paru

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Erik S
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

(Ilustrasi kanker paru) Salah satu terapi sistemik imunoterapi yang tersedia di Indonesia adalah imunoterapi PD-1 inhibitor

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Kanker paru-paru menjadi salah satu momok bagi masyarakat. Selain penyakit ganas, pengobatan yang dilakukan pun tidaklah mudah. Namun, kini ada harapan baru bagi pasien kanker paru di Indonesia, yaitu dengan hadirnya terapi sistemik imunoterapi. 

Hal ini disampaikan oleh dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan hematologi onkologi medik, dr Andhika Rachman, SpPD-KHOM.

Sebelumnya, perlu diketahui jika gejala awal kanker paru dapat berupa batuk terus-menerus.

Baca juga: Manfaat Buah Belimbing untuk Kesehatan, Cegah Kanker hingga Baik untuk Rambut dan Kulit

Lalu diikuti nyeri dada yang memburuk bersama pernapasan dalam, batuk, atau tertawa. Ada juga suara serak atau sesak napas.

Kemudian terjadi penurunan berat badan dan kehilangan nafsu makan. Batuk darah atau dahak yang berwarna karat, mudah lelah, infeksi persisten, seperti bronkitis dan pneumonia.  

"Masyarakat perlu memperhatikan gejala awal kanker paru untuk mendapatkan diagnosis yang cepat sebagai dasar pemberian pengobatan yang tepat. Jika kanker paru ditemui pada stadium awal, harapan hidup pasien lima tahunan akan lebih tinggi,” ungkap dr. Andhika pada talkshow virtual, Selasa (30/8/2022).

 
Dalam pengobatan kanker paru, Dr Andhika menjelaskan terdapat pertimbangan yang dianalisis dokter memilih pengobatan kanker paru. Pertama, dari status keadaan pasien bagaimana fungsi organnya.

Apakah terdapat komorbid, kepatuhan dalam perawatan, harapan serta preferensi pasien. Kedua, dilihat dari kondisi tumor seperti stadium kanker, jenis sel kanker dengan menggunakan alat penguji lanjutan yaitu Biomarker prediktif seperti EGFR, PD-L1, dan ALK.  

Baca juga: Selain Perokok, Ini Kelompok Rentan Terpapar Kanker Paru

Ketiga, memilih modalitas pengobatan hal-hal yang dipertimbangkan meliputi mekanisme kerja pengobatan, toksisitas yang diharapkan, terapi yang sebelumnya dijalankan pasien, dan juga ketersediaan pengobatan.
 
Dengan perkembangan sains pengobatan kanker paru di dunia medis, kemoterapi bukan lagi terapi yang tepat untuk semua pasien kanker paru.  

Saat ini, untuk beberapa mutasi kanker paru, seperti mutasi EGFR atau ALK, telah tersedia berbagai pengobatan inovatif yang termasuk golongan terapi target.  

Data dalam paparan Dr Andhika menunjukan kanker paru bukan Sel Kecil pada stadium lanjut jika diobati dengan kemoterapi standar dapat memiliki harapan hidup rata-rata hingga 8 bulan.  

Sedangkan, pasien kanker paru yang diagnosa dengan mutasi EGFR positif jika diterapi dengan kombinasi kemoterapi dan terapi target EGFR inhibitor dapat mempunyai harapan hidup secara keseluruhan mencapai 11,5 bulan. 

Baca juga: Gejala Kanker Paru yang Perlu Diwaspadai, Batuk dan Suara Serak Jadi Penanda, Jangan Sepelekan

Sementara itu, pasien yang telah didiagnosa dengan mutasi ALK positif jika mendapatkan pengobatan kombinasi kemoterapi standar dengan terapi target ALK inhibitor dapat memperpanjang angka kelangsungan hidup bebas progresi pasien. 
 
Namun, perlu diketahui terapi target hanya dapat digunakan jika ditemukan mutasi tertentu. Sedangkan, Sebagian besar dari kasus kanker paru tidak memilki mutasi EGFR dan hanya dapat diobati dengan kemoterapi standar sebagai modalitas pengobatan.  

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini