News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Efek Gas Air Mata pada Penderita Asma, Bisa Berujung Gagal Napas

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana di area Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, seusai kericuhan penonton yang terjadi seusai laga pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 bertajuk derbi Jawa Timur, Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022) malam. Berikut fakta-fakta terkait tembakan gas air mata di Kerusuhan Stadion Kanjuruhan.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Gas air mata dapat berdampak serius bagi penderita asma atau atau Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).

Pasalnya, terdapat sejumlah kandungan bahan kimia pada gas air mata seperti chloroacetophenone (CN), chlorobenzylidenemalononitrile (CS), chloropicrin (PS), bromobenzylcyanide (CA) dan dibenzoxazepine (CR). 

Dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi paru, Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, dampak gas air mata di paru, pada mereka yang memiliki penyakit asma atau Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dapat mengakibatkan serangan sesak napas akut.

"Bukan tidak mungkin berujung gagal napas atau respiratory failure," kata dia, Minggu (2/10/2022).

Secara umum gas air mata dapat menimbulkan dampak pada kulit, mata dan paru serta saluran napas. 

Gejala akutnya di paru dan saluran napas dapat berupa dada berat, batuk, tenggorokan seperti tercekik, batuk, bising mengi, dan sesak napas. Pada keadaan tertentu dapat terjadi gawat napas atau respiratory distress.

Baca juga: Manfaat dan Kelemahan dari Inhalasi Hidrogen, Mengurangi Peradangan pada Pasien Asma

Selain itu, ada gejala lain lain dirasakan seperti rasa terbakar di mata, mulut dan hidung.

Lalu dapat juga berupa pandangan kabur dan kesulitan menelan. Juga dapat terjadi semacam luka bakar kimiawi dan reaksi alergi.

Meski, dampak utama gas air mata adalah dampak akut yang segera timbul, ternyata pada keadaan tertentu dapat terjadi dampak kronik berkepanjangan. 

"Hal ini terutama kalau paparan berkepanjangan, dalam dosis tinggi dan apalagi kalau di ruangan tertutup," imbuh Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI sekaligus Guru Besar FKUI ini.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini