Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS COM, JAKARTA - Kesehatan jiwa merupakan suatu penyakit yang dapat menjadi kronis dan menimbulkan konflik kehidupan jika tidak ditangani oleh setiap manusia atau lingkungan keluarga dari si penderita.
"Akan menjadi penyakit jika sejumlah faktor ini tidak ditangani akibat ketidaktahuan seseorang dalam menyerap informasi tentang kesehatan jiwa atau kesehatan mental seseorang", ungkap Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa dari Siloam Hospitals Ambon, dr David Santosa Tjoei SpKJ MARS FISQua.
Dokter David Santosa menjelaskan, sejumlah faktor yang akan berpengaruh terhadap kesehatan mental seseorang adalah
1. Faktor Biologis. Faktor ini bersifatbgenetik, gangguan otak dan lainnya
2..Edukatif, yakni faktor pola asuh dan traumatik.
Baca juga: Kemenkes: Baru 50 Persen Puskesmas di Indonesia Punya Pelayanan Kesehatan Jiwa
3. Social Culture. Ini adalah faktr peran lingkungan dan kehadiran sosial media pada peran teknologi.
Dokter David menambahkan, gejala awal gangguan kesehatan mental dapat diketahui melalui perubahan pola makan dan tidur, cenderung menutup diri dari interaksi dengan orang lain, tubuh dirasakan sering lemah letih lesu, keluhan kesehatan di banyak 'titik' dalam tubuhnya.
Beberapa tampilan fisik yang mendukung diagnosis antara lain pupil pada organ mata, raut wajah, sikap yang tidak konsisten, interpersonal buruk dan lain sebagainya.
Cara Penanganan
Dokter David memaparkan, upaya menjaga kesehatan mental sebenarnya tidak sulit jika menerapkannya secara rutin. Banyak hal-hal yang perlu dilakukan dan dihindari agar kesehatan mental/kesehatan jiwa terjaga, yaitu mengelola faktor biologis, sosial dan menerapkan pola asuh secara rutin berkualitas.
Dia menjelaskan, faktor biologis dapat dicegah dengan farmakologi, asupan gizi seimbang dan menghindari pemakaian obat terlarang atau narkoba. Adapun turut diimbangi dengan kualitas dari Faktor edukatif.
"Peran penting orangtua memberi didikan dengan kasih sayang pada anak, namun tidak terlalu dimanja atau ada ketegasan dalam menyikapinya. Faktor kenyamanan lingkungan dan pola interaksi turut berperan menjaga kesehatan jiwa ini", ungkap dr. David Santosa yang sehari-haru berpraktek tetap di Siloam Hospital Ambon ini.
Dia menambahkan, penanganan kesehatan jiwa secara medis dapat dilakukan melalui diagnosis mengacu pada The Diagnostic and Statical manual ofental Disorders(DSM) diiringi pemeriksaan fisik penunjang, farmakologi, pengadaan sejumlah terapi termasuk stimulasi otak maupun saraf.
Dalam edukasi sesi tanya jawab, dokter David Santosa menyampaikan bahwa gangguan jiwa tidak menyeluruh disebabkan oleh persoalan karakter dan akibat eenetik (turunan) dapat disembuhkan meskipun tidak secara keseluruhan.
"Gangguan ini pada harfiahnya dapat ditangani. Seseorang bisa memotifasi dirinya atau mengikuti motivasi dari orang lainnya, misalnya dari para penyandang disabilitas. Ikuti keinginan untuk 'move on' dari rasa trauma dan perbanyak beribadah berinteraksi dengan doa dan rohani," ungkapnya.