"Tugas BPOM adalah memastikan bahwa
Keberadaan cemaran-cemaran semuanya itu dimaintance tidak mlewati ambang vbyas bukan menegatifkan cemaran," imbuh dia.
"Negara-negara mana pun tidak ada yang seperti itu tidak akan ada yang mampu O kan cemaran tersebut," sambung Rahman.
Etilen Glikol Dicurigai Jadi Penyebab 141 Anak Terkena Gangguan Ginjal Akut
Tenaga medis saat ini mencurigai etilen glikol (EG) sebagai zat berbahaya yang menyebabkan 141 anak mengalami kasus gagal ginjal akut.
Mengapa zat EG dicurigai sebagai pemicu gangguan ginjal akut?
Baca juga: Pakar UGM Yakin Industri Farmasi Tak Mungkin Tambahkan EG dan DEG, Kemungkinan Terjadi Cemaran
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Piprim B Yanuarso, Sp.A(K)., menjelaskan alasan EG jadi pemicu gangguan gagal ginjal akut.
Ia menyampaikan bahwa kasus gangguan ginjal akut ini tidak hanya menjadi perhatian pemerintah saja, namun juga para tenaga medis yang selama ini bersinggungan langsung dengan penyakit anak, terutama terkait ginjal.
Para tenaga medis ini, termasuk mereka yang turut ditugaskan menjadi Satgas Covid-19 melakukan diskusi dan penanganan pula terhadap pasien gagal ginjal akut yang merupakan kelompok anak-anak ini.
"Jadi kenapa ada kecurigaan ke arah keracunan etilen glikol, kawan-kawan di IDAI, para Konsultan ginjal anak, juga Konsultan emergency rawat intensif anak, dokter-dokter di PICU.
Baca juga: Ketua IDAI Beberkan Alasan Curigai Etilen Glikol Biang Kerok 141 Anak Terkena Gagal Ginjal Akut
Kemudian Konsultan infeksi, kemudian juga Satgas Covid ya, itu berdiskusi dan melakukan penanganan pada pasien-pasien gangguan ginjal akut ini," ujar dr. Piprim, dalam webinar bertajuk Update Terkini 'Kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak Meningkat, Obat Sirup Ditangguhkan', Minggu (23/10/2022) pagi.
Melalui diskusi dan penanganan tersebut, ditemukan sesuatu yang tidak biasa.
Awalnya kondisi ini diduga terkait dengan Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C) pasca virus corona (Covid-19).
"Dan kemudian kok menemukan sesuatu yang tidak seperti biasanya pada kasus MIS-C pasca Covid ya," jelas dr Piprim.
Selanjutnya, temuan yang dimiliki para dokter ini dicocokkan dengan kejadian luar biasa yang terjadi di Gambia pada September lalu.