Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah menyatakan, masih ada hambatan saat laksanakan program vaksin untuk virus Human papillomavirus (HPV) untuk cegah kanker serviks.
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO memprediksi kanker Serviks akan meningkat sebanyak 50 persen di tahun 2030.
Mengantisipasi hal itu pemerintah berusaha menjalankan program vaksinasi HPV.
Menurut oleh Plt. Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan, Prima Yosephine, stigma dan mitos kerap menjadi penyebabnya.
"Potensi tantangan, adanya black campaign tentang imuniasi HPV. Belum lagi rumor di media dan miss informasi tentang KIPI," ungkapnya acara kelas jurnalis, rangka pencegahan kanker serviks dari MSD Indonesia dan Kementerian Kesehatan di Jakarta, Rabu (2/11/2022).
Penolakan terkadang datang dari sekolah dan orangtua karena adanya rumor negatif. Mitos, paling besar kata Prima adalah vaksin HPV bisa membuat mandul.
Baca juga: Vaksin HPV Diklaim Mampu Cegah Kanker Serviks Sejak Dini
Selain itu kanker serviks dipandang sebagai penyakit yang diderita oleh mereka yang telah berkeluarga.
Sehingga masyarakat mempertanyakan kenapa malah anak-anak yang divaksinasi. Kerap kali vaksin HPV disebut sebagai pembohongan generasi dan sebagainya.
Lalu juga pandangan jika vaksin HPV ini untuk mempromosikan seksual bebas. "Hal itu salah kaprah sekali, sehingga butuh pencerahan," kata Prima lagi.
Baca juga: Kanker Serviks Sebabkan 21.003 Kematian di Indonesia di Tahun 2020
Belum lagi isu tidak benar terkait kejadian pasca imunisasi (KIPI). Ada tudingan membuat anak sakit hingga pingsan.
Padahal kenyataannya di lapangan, kata Prima mungkin saja karena anak pingsan karena terlalu takut akan jarum suntik.
"Karena diberikan pada remaja, biasanya karena malu kalau nangis, ditahan. Saat diberikan suntikan, pingsan karena takutnya," papar Prima lagi.
Baca juga: Sempat Idap Kanker Serviks 5 Tahun, Cinta Penelope Sembunyikan Sakitnya dari sang Ibu
Sehingga,perlu ada edukasi sebelum imunisasi agar hal tersebut tidak terjadi. Selain itu, kata Prima perlu ada klarifikasi dari informasi yang tidak benar, supaya tidak menganggu progra vaksinasi HPV.
Tujuannya untuk menurunkan prediksi angka kejadian kanker serviks menjadi 4 per 100.000 penduduk per tahun 2030.
"Melalui imunisasi keberhasilannya dapat mencapai 100 persen jika diberikan sebanyak dua dosis, interval 6-15 bulan. Jangan sampai dilewatkan karena sayang sekali," tutupnya.