Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin ungkap angka kematian bayi di Indonesia masih terhitung tinggi yaitu 24 per 1000 kelahiran.
"Saya review angka kematian bayi, angkanya di 24 per 1.000. Harus diturunkan jadi 14 per 1.000," ungkapnya pada acara pekan Ilmiah Tahunan IDAI ke 11 yang diadakan di Java Room, Hotel Shangrilla Jakarta, Senin (21/11/2022).
Baca juga: Menkes Budi Gunadi Sadikin Sebut Pandemic Fund Penting untuk Perkuat Arsitektur Kesehatan Global
Ia pun menyebutkan negara Singapura yang memiliki angka kematian bayi jauh lebih rendah dari Indonesia yaitu 1,8 per 1000 kelahiran.
"Saya senang bandingkan dengan negara lain, mana yang bagus kematian bayi. Singapura 1,8 per 1.000. Besar sekali bedanya. Walau kita turun ke 14 per 1.000, kita masih 800 persen lebih tinggi dari tetangga," paparnya lagi.
Ia pun menyampaikan hal ini pada Kementerian Kesehatan untuk perlu memiliki target di bawah 10 per seribu.
"Jadi saya bilang di Kemenkes, harusnya kita punya ambisi turunkan di bawah 10 per 1.000. Malu negara sudah merdeka, masih setinggi ini," tegasnya.
Baca juga: Selain Berikan Dot, Ini 6 Cara Mencegah Sindrom Kematian Bayi Mendadak
Namun untuk mencapai target itu, Budi menyampaikan butuh fokus dan kerja jelas sesuai prioritas.
Lebih lanjut, ia pun melihat tiga faktor penyebab tingginya angka kematian di Indonesia.
Pertama, berat badan bayi yang kurang, afeksia dan kelainan genetik.
Terkait tiga faktor itu, Budi menyebutkan pihaknya akan fokus untu dua faktor terlebih dahulu.
"Kita fokus aja dulu berat badan lahir bayi rendah dan asfiksia. Kalau bisa 40-50 persen turun, ini sudah 12 per 1.000," lanjut dia.
Ia pun menyampaikan beberapa upaya yang bisa dilakukan terkait penanganan berat badan bayi.
Baca juga: Angka Kelahiran Bayi di Norwegia Melonjak Akibat Kebijakan Lockdown Covid-19
Satu di antaranya dengan memprioritaskan kesehatan ibu.
Karenanya, Kemenkes pun menyiapkan layanan terpadu sejak preventif.
Dimulai dari posyandu, puskesmas, hingga RS besar, termasuk peningkatan edukasi terkait kehamilan.