Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JENEWA - Laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bukti risiko kematian dini dan penyakit yang lebih tinggi diantara penyandang disabilitas, dibandingkan kelompok lainnya di masyarakat.
Laporan Global tentang kesetaraan kesehatan untuk penyandang disabilitas yang diterbitkan pada 2 Desember lalu, menampilkan informasi bahwa ketidaksetaraan kesehatan yang sistemik dan terus-menerus, mendorong banyak penyandang disabilitas menghadapi risiko kematian yang jauh lebih awal.
Bahkan hingga 20 tahun lebih awal, jika dibandingkan dengan orang tanpa disabilitas.
Mereka memiliki peningkatan risiko mengembangkan kondisi kronis, hingga dua kali lipat jika mengalami asma, depresi, diabetes, obesitas, penyakit mulut dan stroke.
Banyak perbedaan dalam hasil kesehatan ini yang tidak dapat dijelaskan oleh kondisi atau gangguan kesehatan yang mendasarinya, namun justru oleh faktor-faktor yang sebenarnya dapat dihindari maupun ketidakadilan.
Baca juga: Hari Disabilitas Internasional 2022, Anak Penyandang Disabilitas Miliki Hak Pendidikan Inklusif
Dikutip dari laman resmi WHO, Rabu (7/12/2022), diluncurkan menjelang peringatan Hari Penyandang Disabilitas Internasional, laporan tersebut menunjukkan jumlah penyandang disabilitas yang signifikan di seluruh dunia telah meningkat menjadi 1,3 miliar atau 1 dari 6 orang.
Angka ini memperkuat pentingnya mencapai partisipasi penuh dan efektif penyandang disabilitas di semua aspek masyarakat dan menanamkan prinsip inklusi, aksesibilitas dan non-diskriminasi di bidang kesehatan.
Faktor yang tidak adil, menjadi penyebab utama kesenjangan dalam kesehatan
Laporan tersebut menekankan perlunya tindakan segera untuk mengatasi ketidaksetaraan yang luas dalam sektor kesehatan, yang disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak adil dalam sistem kesehatan.
Faktor-faktor inilah yang menyebabkan banyak perbedaan hasil kesehatan antara penyandang disabilitas dan non-disabilitas.
Sikap negatif dari penyedia layanan kesehatan, informasi kesehatan dalam format yang tidak dapat dipahami, atau
kesulitan mengakses pusat kesehatan karena lingkungan fisik dan kurangnya transportasi atau hambatan keuangan, menjadi 'faktor ketidakadilan' bagi para penyandang disabilitas.
"Sistem kesehatan harus meringankan tantangan yang dihadapi penyandang disabilitas, bukan menambahnya," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Laporan ini, kata dia, menyoroti ketidakadilan yang dihadapi penyandang disabilitas dalam upaya mengakses perawatan yang mereka butuhkan.