Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, OHIO - Temuan para peneliti menunjukkan bahwa berhenti merokok 'mungkin bermanfaat bagi kesehatan kognitif' pada mereka yang berusia paruh baya.
Meskipun merokok berdampak buruk bagi sistem pernafasan dan kardiovaskular seseorang adalah fakta yang telah diketahui banyak orang.
Dikutip dari laman Sputnik News, Minggu (25/12/2022), para peneliti dari Ohio State University memperingatkan bahwa kebiasaan khusus ini juga menimbulkan risiko yang berbeda bagi orang paruh baya.
Para penulis studi yang diterbitkan dalam Journal of Alzheimer's Disease berpendapat bahwa perokok diantara demografis yang disebutkan itu mungkin akan menghadapi risiko lebih besar kehilangan ingatan dan kebingungan, dibandingkan mereka yang tidak merokok.
Para peneliti juga mengatakan bahwa risiko penurunan kognitif tampaknya berkurang bagi mereka yang sebelumnya merokok namun memilih untuk menghentikan kebiasaan buruk ini.
Baca juga: Selandia Baru Sahkan UU Lingkungan Bebas Rokok, Larang Generasi Kelahiran 2009 ke Atas Merokok
"Hubungan yang kami lihat paling signifikan pada kelompok usia 45 hingga 59 tahun, menunjukkan bahwa berhenti merokok pada tahap kehidupan itu mungkin bermanfaat bagi kesehatan kognitif," kata Asisten Profesor Epidemiologi di Kolese Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Ohio dan rekan penulis studi, Jeffrey Wing.
Setelah menganalisis hasil Survei Sistem Pengawasan Faktor Risiko Perilaku 2019 di Amerika Serikat (AS), para peneliti menetapkan bahwa prevalensi kondisi yang dilaporkan dan dikenal sebagai penurunan kognitif subyektif (SCD) diantara perokok adalah sekitar 1,9 kali lipat dari mereka yang tidak merokok.
Sementara prevalensi SCD diantara orang yang berhenti merokok lebih dari 10 tahun yang lalu, sedikit lebih tinggi dibandingkan non-perokok.
Mereka yang berhenti merokok kurang dari satu dekade yang lalu menunjukkan prevalensi SCD 1,5 kali lipat dari non-perokok.
"Temuan ini dapat menyiratkan bahwa waktu sejak berhenti merokok itu penting, dan mungkin terkait dengan hasil kognitif," kata mahasiswa PhD di College of Public Health dan penulis utama studi tersebut, Jenna Rajczyk.