News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Apa Itu Infeksi Naegleria Fowleri, Si Amoeba Pemakan Otak yang Muncul di Korsel?

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Daryono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi - amoeba pemakan otak

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, SEOUL - Pada 26 Desember lalu, Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) melaporkan kasus pertama infeksi Amoeba Naegleria Fowleri atau disebut sebagai 'amoeba pemakan otak'.

Amoeba Naegleria Fowleri yang biasa ditemukan di tanah dan air tawar yang hangat seperti danau, sungai dan mata air panas, saat ini telah 'merenggut' nyawa korban pertamanya di Korea Selatan (Korsel).

Menurut KDCA, pria yang meninggal akibat infeksi ini adalah seorang warga negara Korea yang berusia 50-an tahun.

Ini terjadi setelah ia kembali ke negara itu pada 10 Desember lalu dari Thailand, tempat dirinya menghabiskan waktu empat bulan.

Baca juga: Korsel Konfirmasi Kasus Pertama Amoeba Pemakan Otak

Pria itu dirawat di rumah sakit sehari setelah kembali dari luar negeri, dengan mengalami gejala yang meliputi sakit kepala, demam, muntah, disfungsi bicara dan lainnya.

Ia pun dinyatakan meninggal pada 21 Desember lalu.

Setelah melakukan tes genetik pada tiga jenis patogen yang menyebabkan infeksi Amoeba Naegleria fowleri, pada Senin kemarin KDCA mengkonfirmasi infeksi pada pasien yang meninggal dengan meningitis otak, yang 'baru saja kembali dari luar negeri' itu.

"Demi mencegah infeksi Naegleria Fowleri, kami merekomendasikan untuk menghindari aktivitas berenang dan rekreasi serta menggunakan air bersih saat bepergian ke daerah di mana kasus telah dilaporkan," kata Kepala KDCA, Jee Young-mee, dalam siaran persnya.

Orang-orang di negara itu juga sangat disarankan untuk mengambil tindakan pencegahan seperti memasang klip khusus pada hidung mereka saat berenang untuk mencegah masuknya air.

Dikutip dari laman Sputnik News, Selasa (27/12/2022), sejak 2018 lalu, sekitar 381 kasus Naegleria Fowleri telah dilaporkan dalam skala global, termasuk di Thailand, India, Amerika Serikat (AS), Jepang dan China.

Inilah yang perlu anda ketahui tentang mikroorganisme yang berpotensi fatal ini.

Lalu apa itu Amoeba Naegleria Fowleri?

Spesies dari genus Naegleria, organisme bersel tunggal yang disebut Amoeba Naegleria Fowleri adalah sejenis amoeba yang secara khusus dirancang untuk menghuni air tawar dan tanah yang hangat.

Habitat yang disukainya, di mana ia menikmati tingkat reproduksi tertinggi, adalah lingkungan air hangat yang ditandai dengan suhu sekitar 115 derajat Fahrenheit atau sekitar 46,11 derajat Celcius.

Amoeba ini dapat ditemukan di danau, sungai, dan mata air panas geotermal.

Penyebab infeksi yang jarang namun seringkali fatal biasanya berupa pembuangan air hangat dari industri atau pembangkit listrik, kolam renang yang tidak dirawat dengan baik dan pemanas air.

Baca juga: Mengenal Kelompok Protista, Monera, dan Jamur: Contohnya Amoeba, Alga Biru, dan Jamur Tiram Putih

Organisme uniseluler juga dapat hidup di tanah yang lembab, namun Naegleria Fowleri tidak ditemukan di air asin seperti laut.

Ketika suhu air turun di bawah 77 derajat Fahrenheit atau 25 derajat Celcius, mikroorganisme cenderung tidak berkembang.

Pada suhu yang lebih dingin, amoeba biasanya jatuh ke keadaan tidak aktif.

Namun ia tidak mati, dan mampu bertahan hidup karena terkubur di sedimen badan air.

Bagaimana Naegleria Fowleri Menginfeksi Orang?

Dalam kasus infeksi manusia, amoeba termofilik hidup bebas bergerak melalui mukosa hidung selama aktivitas air, terutama yang melibatkan penyelaman.

Ini juga dapat terjadi ketika orang membersihkan hidung atau mengairi sinus menggunakan air yang terkontaminasi.

Dengan demikian, amoeba dapat menjangkau cairan serebrospinal (CSF) dan otak.

Belum ada kasus infeksi yang didokumentasikan melalui mengkonsumsi air yang terkontaminasi.

Saat amoeba berjalan dari hidung ke otak dan sumsum tulang belakang, amoeba memakan sel darah merah (eritrosit) dan sel saraf.

Dengan demikian, hal itu menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan otak, memicu penyakit langka dan sangat parah yang disebut meningoensefalitis amoeba primer (PAM).

Baik amoeba itu sendiri maupun penyakit yang ditimbulkannya, tidak dapat disebarkan oleh manusia melalui kontak manusia.

Lalu apa saja gejala PAM?

Sekitar lima hari setelah seseorang mengalami infeksi, gejala pertama PAM biasanya mulai terlihat.

Namun dalam beberapa kasus, gejala mulai muncul paling cepat satu hari setelah terpapar, atau paling lambat sekitar 12 hari setelah terkontaminasi.

Gejala yang muncul kemungkinan termasuk sakit kepala parah, demam menggigil, mual atau muntah.

Selanjutnya, gejalanya mungkin juga termasuk leher kaku, keadaan disorientasi, kejang dan halusinasi, dan kemudian koma.

Apakah PAM mematikan?

Dibawa oleh Amoeba Naegleria Fowleri yang hidup bebas, meningoencephalitis amuba primer (PAM) adalah penyakit yang mempengaruhi sistem saraf pusat.

PAM hampir selalu berakibat fatal, dengan angka kematian diperkirakan mencapai lebih dari 97 persen.

Dari 154 orang yang tercatat menderita penyakit yang dipicu oleh mikroorganisme di AS dari tahun 1962 hingga 2021, hanya empat orang yang diketahui selamat dari penyakit tersebut.

Bagaimana seseorang didiagnosis mengalami PAM?

Selain memperhatikan gejala peringatan, PAM dapat didiagnosis di laboratorium dengan pemeriksaan mikroskopis cairan serebrospinal (CSF) atau jaringan otak untuk mendeteksi organisme Naegleria Fowleri.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, terkait pengobatannya, ada kombinasi obat untuk mengendalikan peradangan yang biasanya dapat digunakan, seperti amfoterisin B, azitromisin, flukonazol, rifampisin, miltefosine dan deksametason.

Bagaimana pencegahan PAM?

Untuk menghindari infeksi penyakit yang ditimbulkan oleh amoeba, umumnya orang disarankan untuk menghindari berenang di air tawar yang tidak dirawat, terutama selama bulan-bulan hangat.

Hal itu karena menyelam membuat seseorang rentan terhadap paparan tersebut.

Mereka yang ingin berenang pun disarankan untuk menggunakan sumbat atau klip hidung serta masker.

Selain itu, air dengan kadar klorin di atas 0,5 mg/L juga diketahui dapat menurunkan risiko Naegleria Fowleri.

Demikian pula, seseorang harus menghindari kontak dengan tanah atau lumpur yang mungkin terkontaminasi 'moeba pemakan otak'.

CDC AS menyampaikan bahwa tiga kasus Naegleria Fowleri yang dikonfirmasi di AS pada 2022 terjadi setelah terpapar badan air tawar di Iowa, Nebraska dan Arizona.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini