News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

IDAI Terima 11 Laporan Terkait Anak yang Diduga Keracunan Ciki Ngebul 

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Ciki Ngebul atau Chikbul. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menerima 11 laporan terkait kasus anak yang diduga keracunan jajanan ciki ngebul yang menggunakan nitrogen cair. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menerima 11 laporan terkait kasus anak yang diduga keracunan jajanan ciki ngebul yang menggunakan nitrogen cair. 

Hal ini diungkapkan oleh Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Gastro-Hepatologi IDAI Dr dr Muzal Kadim, SpA(K).

Dr Muzal menyebutkan jika ada tambahan kasus dugaan keracunan ciki 'ngebul' dari Jawa Timur.

Baca juga: Kasus Keracunan Ciki Ngebul Terjadi Sejak Juni 2022, Kenapa Baru Ramai Sekarang? Ini Kata Kemenkes

"Setahu saya yang terakhir itu sampai dua minggu lalu ada enam atau tujuh kasus, ada tambahan lagi di Jawa Timur. Jadi sekitar 11 kalau enggak salah,” ungkapnya dalam konferensi pers virtual, Selasa (17/1/2023).

Dari keterangan dr Muzal, di antara 11 kasus itu, terdapat satu kasus fatal hingga membutuhkan operasi.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan IDAI belum memberikan rekomendasi ke Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk menghentikan penggunaan nitrogen cair pada makanan, termasuk chiki ngebul.

Lebih lanjut dr Muzal mengatakan nitrogen cair sebenarnya boleh digunakan. 

Asal dikelola dengan baik dan kadar yang cukup itu diperbolehkan dalam makanan.

Puluhan Anak-anak Keracunan Ciki Ngebul Nitrogen di Jawa Barat

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi menyatakan, anak-anak di Jawa Barat yang mengalami gejala keracunan makanan ciki ngebul atau cikbul, saat ini dalam keadaan sehat.

Diketahui dari laporan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tercatat total ada 28 anak yang keracunan makanan tersebut.

"Semua sehat karena ini yang di Tasikmalaya kejadian November dan yang di Bekasi 21 Desember semua sudah sehat," kata Nadia kepada wartawan, Sabtu (7/1/2023).

Perempuan berhijab ini mengimbau, orangtua untuk bijaksana dalam memilih jajanan bagi anak dengan mengutamakan makanan sehat bergizi.

"Bagi orangtua untuk hati hati dalam memberikan pangan bagi anaknya terutama karena anak anak ini masih dalam pertumbuhan sehingga makanan sehat bergizi lebuh diutamakan daripada jajanan," pesan dia.

Baca juga: Epidemiolog: Kasus Ciki Ngebul Jelas KLB

Dua Anak Dirujuk ke RS

Dari 28 orang tersebut dirinci sebagai berikut: 8 orang bergejala, 16 orang tanpa gejala dan 2 orang dirujuk (RS SMC dan RS haji )

Kejadian keracunan tersebar di dua wilayah, yaitu di kab Tasikmalaya dan kota Bekasi.

Di kab Tasikmalaya sebanyak 24 orang, 7 orang bergejala, 16 orang tanpa gejala dan 1 orang dirujuk ke RS SMC.

Total yang makan Cikbul di Kota Bekasi ada 4 orang, 1 orang bergejala dan 3 orang tanpa gejala.

Dari angka tersebut, 1 anak dibawa ke RS Haji Jakarta Selatan karena mengalami peradangan pada bagian dinding ususnya.

Rata-rata anak yang keracunan seusai memakan cikbul berusia 4 hingga 13 tahun atau berada pada jenjang TK hingga SMP.

Adapun gejala yang didapati menurut penuturan adalah beberapa siswa meminum cairan nitrogen yang tidak beruap. Rata-rata siswa makan cikbul mengeluh pusing, mual, sesak dan muntah darah.

Kasus Keracunan Ciki Ngebul Terjadi Sejak Juni 2022

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, kasus ciki ngebul atau cikbul pertama ditemukan pada Juni 2022.

Hingga 12 Januari 2023, ada 25 anak dilaporkan mengalami keracunan akibat konsumsi ciki ngebul.

Sebanyak 10 anak bergejala, sementara sisanya tidak bergejala. Mayoritas pasien sudah sembuh dan telah beraktivitas seperti sedia kala.

Namun, mengapa kejadian keracunan baru marak belakangan ini?

Baca juga: Kemenkes Investigasi Satu Kasus Baru di Jawa Timur Terkait Ciki Ngebul

Direktur Penyehatan Lingkungan Kemenkes Anas Ma'ruf menduga, hal itu terjadi karena makin maraknya penjual pangan bernitrogen cair.

Pedagang yang berjualan ciki ngebul tersebar diberbagai tempat termasuk sekolah-sekolah.

Ditambah lagi, keamanan dan kebersihan dari panganan yang kurang diperhatikan.

"Memang ini yang baru terjadi tahun 2022. Ada beberapa hal yang menjadi diskusi kita, karena saat ini penggunaan nitrogen cair pada pangan jajanan itu mulai meluas. Kalau dulu kan kita lihat bahwa ini pada awal-awal dilakukan di tempat mal-mal besar dan sekarang semakin meluas ke UMKM atau pedagang kecil yang kemudian bisa menyajikan cikbul ini," katanya dalam konferensi pers, beberapa waktu lalu.

Pihaknya mencatat, dari tahun 2019 sampai 2021 tidak ada kasus ciki ngebul, baik dari laporan rumah sakit maupun puskesmas.

Adapun kebanyakan gejalanya ringan, seperti mual, muntah, pusing dan sakit perut.

Agar kasus keracunan pangan akibat konsumsi ciki ngebul tidak semakin luas, Kementerian Kesehatan telah menyiapkan langkah antisipasi atas kejadian tersebut.

Pertama, meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dengan menerbitkan Surat Edaran Nomor KL.02.02/C/90/2023 tentang Pengawasan Terhadap Penggunaan Nitrogen Cair Pada Produk Pangan Siap Saji yang diteken pada 6 Januari 2023.

Dalam SE disebutkan, Kemenkes meminta pemerintah daerah dan dinas kesehatan setempat untuk meningkatkan pengawasan dan pembinaan kepada pelaku usaha yang menggunakan nitrogen cair maupun masyarakat akan bahaya penambahan dan konsumsi nitrogen cair pada makanan siap saji.

“Kami ingin pemerintah daerah melakukan tindak lanjut dengan melakukan koordinasi dengan dinas pendidikan, UMKM, pariwisata, perindustrian dll untuk melakukan penyuluhan kepada pelaku usaha, guru dan masyarakat akan bahaya nitrogen cair pada makanan,” ujar dr. Anas.

Baca juga: Viral ‘ciki ngebul’: Amankah nitrogen cair pada makanan?

Pengawasan dan pembinaan, kata dr. Anas dilakukan dengan mewajibkan restoran yang menggunakan nitrogen cair pada produk pangan saji untuk memberikan informasi cara konsumsi yang aman pada konsumen.

Khusus bagi pedagang keliling, untuk saat ini tidak direkomendasikan menggunakan nitrogen cair pada produk pangan siap saji yang dijual.

“Kepada pelaku usaha yang keliling, atau pasar malam, tidak kita rekomendasikan menggunakan nitrogen cair mengingat ada beberapa kasus yang dilaporkan akibat konsumsi ciki ngebul,” terang dr. Anas.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini