Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus campak di Indonesia melonjak signifikan. Jumlah konfirmasi pada tahun 2022 mencapai 3341 kasus atau meningkat 32 kali lipat dibandingkan periode di 2021.
Oleh karenanya, orangtua diimbau waspada, terlebih campak dapat memicu komplikasi, hingga turunnya antibodi.
Hal ini diungkapkan oleh Ketua Unit Kerja Koordinasi Penyakit Infeksi Tropik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr dr Anggraini Alam, SpA(K).
"Kalau terkena campak berisiko mengalami infeksi. Karena virus itu bisa menyebabkan turunnya antibodi," ungkapnya pada media briefing Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Kamis (19/1/2023).
Terutama pada anak yang belum diberi vaksin campak.
Saat anak yang belum divaksin terinfeksi campak, tubuh akan mengalami lupa pada saya tahan tubuh.
Baca juga: Kasus Campak Melonjak di Indonesia, IDAI Ungkap Kemungkinan Penyebabnya
"Terjadilah lupa akan daya tahan tubuh. Dan itu berlangsung cukup lama. Sehingga, kekebalan atau memori kita terhadap berbagai penyakit bisa lupa apa bila terinfeksi campak," paparnya lagi.
Di sisi lain, dr Anggraini meminta pada orangtua untuk tidak menyepelekan campak.
Karena campak bisa saja berakhir dengan berbagai komplikasi yang bisa mengakibatkan kematian.
"Komplikasi campak bisa ke mata, jantung, pneumonia, mulutnya luka, belum lagi ada diare," tegasnya.
Gangguan kesehatan lainnya juga dapat terjadi pada anak ketika mengalami campak.
Seperti di saluran cerna, usus hingga otak.
Ia pun mengungkapkan kematian tertinggi pada campak terjadi karena infeksi sudah sampai ke paru-paru.
"Kematian tertinggi apa bila campak sampai ke paru-paru. Ini menyebabkan kematian. Angka kematian campak karena penyakit ini bisa dikatakan lebih dari 50 persen mendekati 90 persen kematian," pungkasnya.