Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Baru-baru ini media sosial dihebohkan dengan meninggalnya selebgram asal Medan diduga usai melakukan operasi sedot lemak.
Selebgram tersebut diketahui bernama Ella Nanda itu melakukan sedot lemak di klinik WSJ Beauty Clinic di kawasan Kota Depok, Jawa Barat.
Semula proses sedot lemak berjalan lancar, namun pada tindakan penyedotan lengan kedua Ella Nanda mengalami halusinasi.
Hingga akhirnya tindakan diberhentikan. Beberapa saat kemudian, korban tidak sadarkan diri hingga akhirnya dilarikan ke RS Bunda di Jalan Margonda Raya, Depok.
Tapi nahas, setibanya di rumah sakit, korban sudah meninggal dunia.
Pada dasarnya, semua area tubuh yang mengalami prosedur sedot lemak, tetap perlu kehati-hatian.
Baca juga: Alasan Kasus Selebgram Medan Tewas Diselesaikan Secara Damai, Korban Berbohong Sebelum Sedot Lemak
Karena, menurut dokter spesialis kulit sekaligus dosen ilmu kesehatan kulit, Dr. Arini Astasari Widodo, SpKK, ada risiko terjadinya komplikasi karena prosedur sedot lemak tersebut.
Sedot lemak, atau liposuction sendiri adalah prosedur bedah kosmetik yang digunakan untuk menghilangkan lemak yang berlebih dari berbagai bagian tubuh seperti perut, paha, bokong, lengan, dan leher.
Prosedur ini dilakukan untuk memperbaiki kontur tubuh dan bukan sebagai metode penurunan berat badan.
Sedot lemak dapat dilakukan dengan dua jenis anestesi: anestesi sistemik dan anestesi lokal.
Anestesi sistemik mencakup beberapa jenis anestesi seperti anestesi umum, sedasi intravena berat, Total Intravenous Anaesthesia (TIVA), sedasi sadar, atau anestesi lokal ditambah analgesia-sedasi intravena (LIVAS).
Anestesi ini dapat mengganggu pernapasan pasien, refleks jalan napas pelindung, dan kesadaran pasien.
Sehingga pasien tidak dapat mengkomunikasikan kondisi mereka dan rentan terhadap tindakan bedah berlebihan.