Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beberapa waktu terakhir viral video seorang ibu memberikan kental manis untuk anaknya yang masih berusia 7 bulan.
Tindakan tersebut menuai kritikan, hingga Presiden Joko Widodo turut mengingatkan agar seluruh kader Posyandu dan BKKBN lebih gencar memberi penyuluhaan kesehatan kepada masyarakat.
Terkait peristiwa ini, Koalisi Perlindungani Kesehatan Masyarakat (KOPMAS) menyebutkan jika sebagian masyarakat masih menganggap kental manis sebagai pengganti susu.
Hal ini diungkapkan oleh Sekjen KOPMAS, Yuli Supriaty dalam acara diskusi media bertajuk “Salah Kaprah Susu, Kesehatan Anak, dan Peran Media Sosial”.
Menurutnya, selain alasan yang ekonomis, umumnya masyarakat mengaku tidak tahu jika kental manis tidak baik jika diberikan sebagai susu untuk anak.
Baca juga: Konsumsi Kental Manis Bisa Picu Diabetes pada Anak, Begini Penjelasan Ahli Gizi
Situasi ini ditemukan oleh KOPMAS di lapangan.
"Selama ini saat tim KOPMAS terjun langsung ke lapangan pada tahun 2020 - 2022, kami menemukan banyak masyarakat terutama orang tua yang masih memberikan kental manis sebagai pengganti susu untuk anaknya," ungkapnya di Jakarta Selatan, Selasa (14/2/2023).
Temuan lain juga menunjukkan bahwa edukasi dan sosialisasi gizi belum menjangkau masyarakat secara luas.
Selain itu, transparansi kandungan gula dalam produk kental manis minim.
"Hal ini sangat kami sayangkan,dan ini menandakan masih minimnya tingkat edukasi dan literasi di kalangan masyarakat hingga kurangnya akses informasi bagi masyarakat," papar Yuli lagi.
Ia pun meminta berbagai pihak untuk berkolaborasi terkait pencanangan peningkatan literasi gizi untuk masyarakat seputar temuan konsumsi kental manis.
"Ke depannya semua pihak dan stakeholder harus satu suara dalam mengedukasi para orang tua mengenai pemberian kental manis bagi anaknya yang ternyata kandungan didalamnya yang lebih banyak gula," tegasnya.
Pengamat Sosial, Devie Rahmawati, mengatakan fenomena orang tua memberikan kental manis bagi anaknya berawal dari ketidaktahuan masyakarat.
"Masifnya informasi di media sosial dan rendahnya literasi masyarakat menjadi salah satu bukti bagaimana masyarakat masih salah persepsi terkait kental manis, " papar Devie.
Pengamat Sosial dari Universitas Indonesia ini pun menuturkan pemanfaatan media sosial yang efektif harus terus disosialisasikan kepada masyarakat.