Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perempuan ternyata lebih berisiko mengalami obesitas dibandingkan dengan laki-laki.
Terkait hal ini Himpunan Studi Obesitas Indonesia (Hisobi) dr. Nurul Ratna Mutu Manikam pun jelaskan alasan kenapa perempuan lebih berisiko alami obesitas.
Faktor yang paling dominan adalah adanya efek dari hormonal.
Baca juga: Obesitas di Indonesia Meningkat Hingga Dua kali Lipat Dalam 10 Tahun Terakhir
"Kenapa perempuan itu lebih berisiko? Karena ini adalah efek dari hormonal sendiri," ungkapnya pada Pers Briefing Peringatan Hari Obesitas Sedunia 2023 secara virtual, Senin (6/3/2023).
Ia pun menjelaskan jika hormon estrogen pada perempuan menyimpan efek cadangan lemak di dalam tubuh.
Dan estrogen juga memberikan efek tertentu.
"Misalkan kenaikan penurunan estrogen pada saat menstruasi, sebagai contoh itu menyebabkan seseorang itu ingin makan lebih banyak," paparnya lagi.
Faktor kedua adalah penggunan alat KB.
Perempuan yang menggunakan KB bersifat hormonal seperti alat suntik dan pil bisa berdampak meningkat berat badan.
"Terutama KB suntik atau pil KB yang generasi masih lama itu menyebabkan obesitas juga. Meski peningkatannya sebetulnya tidak terlalu signifikan," kata dr Nurul.
Apalagi jika dibarengi aktivitas fisik yang baik, kemudian makannya juga dijaga. Maka peningkatan berat badan tidak terlalu signifikan.
Baca juga: Hari Obesitas Sedunia 2023: Sejarah dan Temanya
Ketiga adalah anggapan yang masih salah kaprah soal menakar kalori.
"Ternyata perempuan itu punya mekanisme tertentu bahwa berpikir itu nasi itu bikin gemuk. Jadi lebih suka ngemil yang sebetulnya tinggi kalori," jelas dr Nurul.
Misalkan saja ada yang mengonsumsi pastel satu ditambah kue lumpur.
Padahal kalori dari kedua makan itu sama dengan makan nasi plus lauk-pauk.