Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eklo Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kanker kolorektal merupakan penyakit kanker yang patut diwaspadai oleh semua orang.
Data dari Globocan 2020 memperkirakan ada 9.503.710 kasus kanker baru dan 5.809.431 kematian akibat kanker di Asia.
Baca juga: Bedaknya Dinilai Picu Kanker, Ini Alasan Johnson & Johnson Tawarkan 8,9 Miliar Dolar AS
Di Indonesia kanker kolorektal menduduki kasus tertinggi kedua pada pria setelah kanker paru dengan jumlah kasus baru pada kanker kolorektal mencapai 34.189 (8.6 persen).
Kanker kolorektal, selain mengancam jiwa, juga memberikan tantangan bagi penyintas, seperti ketidaknyamanan, stress dan sebagainya.
Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia Pusat, Prof. Dr. dr. Aru Wisaksono Sudoyo mengatakan, kanker kolorektal adalah penyakit di mana sel-sel di usus besar atau rektum tumbuh di luar kendali.
Gejalanya adalah diare, sembelit, buang air besar terasa tidak tuntas, berat badan turun tanpa sebab yang jelas, pendarahan pada rektum (bagian ujung usus besar), buang air besar berdarah, mual, muntah, perut terasa nyeri, kram, atau kembung serta tubuh mudah lelah.
"Kanker kolorektal termasuk jenis kanker dengan kemajuan pengobatan paling pesat, dari operasi hingga imunoterapi," kata dr Aru saat webinar dengan tema “Kenali, Pahami dan Berteman dengan Kanker Kolorektal di Jakarta, Rabu (12/4/2023).
Baca juga: Kanker Gerogoti Tubuhnya, Gitaris ABBA Meninggal Dunia pada Usia 70 Tahun
Webinar yang diadakan YKI dan MSD Indonesia ini mengupas tentang kanker kolorektal, serta memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang tantangan yang dihadapai seorang penyintas kanker kolorektal dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk dukungan lingkungan dan masyarakat kepada para pasien, penyintas, dokter, keluarga, serta perawat pasien.
Dikatakannya, saat ini pengobatan kanker kolorektal yang tersedia di Indonesia sudah beragam, yaitu pengobatan kemoterapi konvensional, terapi target dan yang terbaru adalah imunoterapi.
Berbagai opsi pengobatan ini memberikan harapan baru bagi pasien kanker kolorektal.
Salah satu pengobatan terbaru yaitu imunoterapi, adalah jenis pengobatan kanker inovatif yang memanfaatkan kekebalan tubuh untuk menyerang sel kanker, sehingga dapat memberikan kualitas hidup yang lebih baik serta meningkatkan harapan hidup pasien.
“Setiap pasien kanker kolorektal akan mendapatkan pengobatan yang disesuaikan dengan karakteristik masing-masing pasien sehingga hasil yang didapatkan optimal,” kata Aru.
Baca juga: Ayah Asmirandah Meninggal Dunia, Sebelumnya Derita Kanker Usus hingga Tak Bisa Jalan
Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik, dr Siti Annisa Nuhonni SpKFR (K) mengatakan didiagnosa kanker adalah sebuah kejadian yang tidak dapat digambarkan sehingga berdampak pada penderita kanker dan orang yang mereka cintai.
"Memiliki kanker mempengaruhi fisik, keadaan sosial, emosional dan spiritual kehidupan sehingga disebut efek psikososial kanker. Untuk penanganan diperlukan intervensi atau pendekatan paliatif untuk membantu pasien kanker secara menyeluruh dan dipersonalisasi sesuai dengan kebutuhannya (end-to-end support)," katanya.
Dengan adanya intervensi psikososial yang baik dapat memberikan dampak positif terhadap pasien kanker kolorektal, seperti dengan adanya peningkatan harapan hidup pasien. Pendekatan paliatif dapat juga membantu pasien melalui masa sulit setelah terdiagnosa kanker, hingga dapat menerima dan berdamai dengan keadaan untuk menjalani hidup dengan lebih baik.
"Dukungan dari lingkungan sekitar termasuk kita sebagai masyarakat juga berperan penting dalam menciptakan keadaan psikososial yang baik, menerima pasien kanker terutama pasien kanker kolorektal dengan tangan terbuka dan tanpa memandang sebelah mata dapat menjadi langkah awal untuk menciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien-pasien kanker,” kata Siti.
Baca juga: Kegembiraan Anak-anak Penderita Kanker di Rumah Singgah YPKAI Surabaya
Managing Director MSD Indonesia, George Stylianou mengatakan, webinar ini merupakan bagian dari Program #HarapanBaru yang diluncurkan oleh MSD dan YKI tahun lalu yang bertujuan memperluas akeses terhadap pengobatan kanker inovatif, seperti imunoterapi dan juga memberikan dukungan dari berbagai aspek kepada pasien dan juga perawat pasien sehingga dapat memberikan harapan baru untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
"Penyintas kanker di Indonesia jumlahnya tidak sedikit, termasuk penyintas kanker kolorektal sehingga dukungan perlu diwujudkan dalam bentuk aktivitas edukasi yang paling dibutuhkan oleh para penyintas kanker tersebut," kata George Stylianou.