TRIBUNNEWS.COM - Hari Kesadaran Skizofrenia Sedunia atau World Schizophrenia Awareness Day diperingati pada tanggal 24 Mei setiap tahunnya.
Skizofrenia adalah gangguan kronis yang memengaruhi pemikiran, perilaku, dan emosi seseorang sehingga sulit untuk memisahkan mana yang palsu dan nyata, dikutip dari laman Clearbrook Treatment Centers.
Peringatan Hari Kesadaran Skizofrenia Sedunia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang skizofrenia, penyakit mental kronis yang telah menyerang sekitar 24 juta orang di seluruh dunia.
Selain itu, Hari Kesadaran Skizofrenia Sedunia juga bertujuan untuk menyebarkan pengetahuan tentang gejala, penyebab, dan pilihan pengobatan yang tersedia untuk skizofrenia.
Tujuan selanjutnya yakni untuk mengurangi stigma dan diskriminasi yang sering dihadapi individu dengan gangguan skizofrenia.
Berikut ini tema dan sejarah peringatan Hari Kesadaran Skizofrenia Sedunia:
Baca juga: Apa Itu Skizofrenia? Simak Pengertian, Gejala, Penyebab dan Pengobatannya
Tema Peringatan Hari Kesadaran Skizofrenia Sedunia
Pada tahun sebelumnya, tema Hari Skizofrenia Sedunia 2022 adalah “Breaking the Stigma, Sharing Our Stories” yang menekankan perlunya mengatasi persepsi dan stereotip negatif tentang gangguan mental ini dan mendorong pengidap skizofrenia untuk berbagi pengalaman.
Adapun tema Hari Skizofrenia Sedunia pada tahun 2023 ini adalah “Celebrating the Power of Community Kindness" yang artinya “Merayakan Kekuatan Kebaikan Komunitas”.
Sejarah Hari Kesadaran Skizofrenia Sedunia
Hari Skizofrenia Sedunia pertama kali diperingati pada tahun 1984 oleh World Health Organization (WHO) dan organisasi lainnya, termasuk World Fellowship for Schizophrenia and Allied Disorders.
Peringatan tersebut diadakan sebagai cara untuk mengedukasi masyarakat tentang skizofrenia dan mengatasi kesalahpahaman dan stereotip seputar gangguan tersebut.
Namun saat ini, berbagai organisasi dan kelompok advokasi kesehatan mental juga turut menyelenggarakan acara dan kegiatan untuk meningkatkan kesadaran dan mengedukasi masyarakat tentang skizofrenia.
Kegiatan yang dimaksud dapat berupa kuliah umum, konferensi, lokakarya, hingga pameran seni.
Sementara itu, mengutip laman National Today, kasus dengan deskripsi yang terkait dengan skizofrenia pertama kali dicatat pada tahun 1700-an.
Penyakit gangguan mental ini baru terdaftar dan diakui pada awal 1900-an ketika psikiater Eugen Bleuler menciptakan nama skizofrenia.
Namun, perawatan yang tepat mengikuti prosedur medis manusiawi yang sah baru diadopsi sekitar tahun 1980.
Baca juga: Mengenal 7 Jenis Gangguan Mental: dari Bipolar, OCD, hingga Skizofrenia
Gejala Skizofrenia
Mengutip laman Mayo Clinic, gejala skizofrenia berkaitan dengan masalah pemikiran (kognisi), perilaku, dan emosi.
Tanda dan gejala skizofrenia dapat bervariasi, tetapi biasanya melibatkan delusi, halusinasi, ucapan yang tidak teratur, hingga perilaku motorik yang sangat tidak teratur atau abnormal.
Gejala skizofrenia dapat bervariasi dalam jenis dan tingkat keparahan dari waktu ke waktu.
Adapun gejala skizofrenia pada remaja hampir mirip dengan orang dewasa, tetapi kondisinya mungkin lebih sulit dikenali.
Beberapa gejala awal skizofrenia pada remaja yang umum terjadi di antaranya sebagai berikut:
- Menarik diri dari teman dan keluarga
- Penurunan prestasi di sekolah
- Sulit tidur
- Lekas marah atau suasana hati yang tertekan
- Kurang motivasi
Pada pria, gejala skizofrenia biasanya dimulai pada awal hingga pertengahan usia 20-an.
Sementara pada wanita, gejala gangguan mental ini biasanya dimulai pada akhir usia 20-an.
Orang yang jarang didiagnosis menderita skizofrenia adalah anak-anak dan mereka yang berusia di atas 45 tahun.
(Tribunnews.com/Nurkhasanah)