Laporan Wartawan Tribunnews.com Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Filler menjadi salah satu tindakan kosmetik non-bedah yang banyak digunakan oleh orang saat ini.
Tindakan ini berkhasiat untuk membuat wajah lebih kencang dan menghilangkan kerutan dan garis halus.
Filler jadi pilihan banyak orang untuk memperindah wajah apalagi umumnya tindakan perawatan wajah ini hanya membutuhkan waktu kurang dari 30 menit, dan pemulihannya juga relatif cepat.
Meski memberikan dampak yang cepat, menggunakan filler secara terus-menerus dan over ternyata juga memberikan efek samping yang tidak baik.
Baca juga: Demi Awet Muda Meski Usia Tak Lagi Muda, Apa Boleh Pakai Filler?
dr Maya Safriana Lubis MBiomed (AAM), AIFO-K, seorang dokter estetika yang telah tersertifikasi dari Amerika dan Eropa menyebut, kebanyakan filler bisa membuat bentuk wajah menjadi aneh.
“Karena menawarkan hasil yang instan, dan tidak ada standarisasi dosis dan ukuran tepat dalam penggunaan filler, maka banyak orang yang jadi salah prediksi dalam menggunakan filler alhasil wajah pasien malah jadi over dan berlebihan,” kata Maya dalam keterangannya, Senin (19/6/2023).
Terkait dosis, Maya menyebut dokter adalah orang yang paling bertanggung jawab untuk menentukan standarisasi dosis penggunaannya.
Seorang dokter, lanjut dia, harus bisa melakukan assessment terhadap wajah sang pasien.
“Sebab, setiap pasien punya wajah yang variatif, jadi dokter harus paham dengan standarisasi wajah yang proporsional. Tugas dokter cukup memberikan terapi yang sesuai dengan kebutuhan wajah sang pasien, tidak perlu malah jualan produk yang justru menyebabkan wajah pasien menjadi over” kata dokter Maya.
Karena itulah, ia menyarankan untuk melakukan suntik filler sesuai kebutuhan saja, dan jangan terlalu over.
“Selain itu, sering menyuntikkan filler ke wajah dgn dosis yang tidak tepat juga akan menghilangkan originalitas wajah. Padahal, inilah hal yang paling penting dari wajah,” sebut dokter Maya.
Alhasil, wajah yang mendapat kelebihan penyuntikan filler akan menyebabkan reaksi fatal dan memunculkan reaksi pembengkakan seperti necrosis akibat kompresi pembuluh darah, kebutaan bahkan hal buruk lainnya seperti kehilangan jaringan wajah akibat kurang suplai oxygen ke jaringan.
Ketika perawatan yang dilakukan melebihi kapasitasnya, maka sangat mungkin wajah akan terkena Facial Overfilled Syndrome.
Oleh karena itu, dokter Maya juga menyarankan, sebelum melakukan prosedur filler, ada baiknya untuk mempertimbangkan beberapa hal seperti ekspektasi hasil, siapa yang mengerjakan prosedural filler, memilih dokter yang proporsional dan paham akan kebutuhan pasien, dokter yang tidak komersil, serta memikirkan kemungkinan efek samping yang akan timbul.
“Pasien yang ingin melakukan injeksi filler, sebelum benar-benar meminta untuk injeksi, ada baiknya konsultasikan dulu kepada dokter klinik. Sesuaikan dengan kebutuhan wajah, jangan ekspektasi, ya!” sebut pemilik akun Instagram @dr.mayasafrianalbs ini.
Menyadari betapa pentingnya edukasi terkait hal itu, dokter Maya pun kerap kali membagikan edukasi penting melalui konten-konten menarik di akun Instagramnya.
CEO sekaligus pemilik 5 cabang klinik estetika yang tersebar di Indonesia ini terlihat sering mengunggah konten seputar permasalahan dan solusi estetika kepada pengikutnya. Bahkan, ia juga menerima konsultasi gratis terkait permasalahan estetika ini.
“Konsultasi sebelum tindakan itu sangat penting, agar segala tindakan yang dilakukan oleh dokter juga terarah dan sesuai dengan kebutuhan pasien,” tutup dia.