News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kepala BKKBN Ingatkan Orangtua Jaga Jarak Kehamilan Agar Anak Tumbuh Optimal

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo berpose untuk difoto usai sesi wawancara eksklusif dengan Wartakotalive.com di kantornya, BKKBN, Halim, Jakarta Timur, Senin (12/6/2023). WARTA KOTA/YULIANTO

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Para orangtua mesti menjaga jarak kelahiran agar anak tumbuh kembang anak dapat optimal.

Hal ini diungkapkan oleh Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo Sp.OG (K).

"Kita harusnya jarak melahirkan itu kalau Badan Kesehatan Dunia atau WHO menganjurkan 36 bulan atau 3 tahun," ungkapnya pada acara Vodcast : Waktu Indonesia Berencana (WIB) pada kanal YouTube BKKBN Official, Kamis (29/6/2023).

Hal ini berkaitan dengan masa menyusui yang dianjurkan hingga anak berusia 24 bulan atau dua tahun.

Sehingga jarak hamil pertama dan kedua menurut Hasto, tepat jika tiga tahun.

Ia pun mengungkapkan fenomena orangtua yang memempunyai anak dengan jarak usia yang terlalu dekat.

"Ada ibu-ibu datang 1,5 tahun lalu hamil. Kok jaraknya dekat sekali, apa tidak KB dulu? Jawabnya enak saja, sengaja dok. Supaya sekalian repotnya. Jawabannya begitu," kata Hasto.

Padahal, tumbuh kembang anak yang terganggu tidak dapat diperbaiki, terutama pada 1000 hari pertama.

"Umur anak 1,5 tahun, ibu sudah hamil kemudian ASI tidak keluar lagi, atau anak yang gede, 1,5 tahun masih ingin menyusui.
Begitu dikasih ASI, rahimnya kan kontraksi padahal dalam rahim ada adeknya," tutur Hasto.

Di sisi lain, anak sebelumnya masih butuh perhatian.

Sehingga mungkin saja ketika anak kedua lahir, tumbuh kecemburuan.

"Padahal dia butuh perhatian, anak tidak happy dan anak jadi stres. Bisa meninggalkan bekas yang tidak bisa dikoreksi. Sehingga anak yang tidak terpenui fase oralnya karena tidak mendapatkan ASI cukup," papar Hasto.

Saat dewasa, anak yang kekurangan fase oral berpotensi berkorelasi ke arah tidak baik.

"Seperti kalau merokok, kecanduan, narkotika. Memenuhi fase oralnya saat dewasa dengan cara seperti itu. Ini karena ibu-ibu tadi tidak ngerti. Sekarang repotnya, tapi membekas jadi tidak bisa dikoreksi," urai Hasto.

Baca juga: Kepala BKKBN Sarankan Tunda Kehamilan Jika Seorang Perempuan Alami Kondisi Ini

Lebih lanjut, jika anak kurang mendapatkan ASI pada usia 24 bulan, maka berpotensi pula mengalami stunting.

Perkembangan otak pun jadi terbatas.

"Sehingga tidak punya prestasi akademik, nanti tinggi badan tidak optimal. Ini penting sekali jarak kehamilan," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini