Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kualitas udara di Jakarta belum kunjung membaik. Kondisi udara di Jakarta dinyatakan tidak sehat karena berpolusi.
Dokter spesialis paru dr Agus Dwi Susanto, SpP memaparkan konsekuensi bagi kesehatan manusia jika polusi udara masuk ke saluran napas manusia.
Hal pertama yang terjadi adalah terjadinya iritasi pada mukosa dan epitel. Mukosa adalah lapisan basah yang berkontak dengan lingkungan eksternal seperti rongga hidung, dan rongga tubuh lainnya.
Sedangkan epitel lapisan besar sel yang menutupi semua permukaan tubuh yang terpapar lingkungan eksternal dan melapisi rongga tubuh internal.
"Problem utama nomor satu adalah iritasi, ini akan cepat muncul dalam jangka pendek. Baik gas dan partikel sifatnya iritasi akan menyebabkan iritasi pada mukosa atau epitel," ungkapnya pada media briefing virtual, Kamis (10/8/2023).
Awalnya, mata bisa menjadi merah dan berair usai polusi terhirup dan masuk ke hidung
Hidung menjadi berair, gatal dan tersumbat. Polusi udara kemudian masuk saluran nafas dan akan menyebabkan gatal dan batuk.
Baca juga: Bukan Hanya Asap Rokok, Polusi Udara Bisa Picu Kanker Paru-Paru
Jika polusi udara terus masuk ke bawah, dapat menyebabkan sesak nafas keluhan batuk disertai infeksi. "Sehingga jadilah infeksi saluran napas atas (ISPA). Ini jangka pendek segera muncul," papar dr Agus.
Kedua, jika dia terhirup polusi, ini bisa menyebabkan kekurangan oksigen (aksifisia) karena kandungan CO2 yang berada di dalam polusi dapat mengikat oksigen 300 kali lebih kuat.
Baca juga: WALHI: Pemerintah Tak Serius Tangani Polusi Udara yang Makin Parah
"Sehingga menjadi sesak nafas, pusing mual, itu bisa terjadi. Itu paling sering muncul segera. Berdiri di pinggir jalan, di daerah polutan gak usah pakai masker. Keluhan ini akan muncul dalam waktu singkat,"paparnya.