News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Deteksi Dini dan Skrinning Kunci Kurangi Kematian Akibat Kanker Paru

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi kanker paru-paru

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kunci untuk mengurangi kematian akibat kanker paru di Indonesia adalah deteksi dini dan skrinning.

Hal ini diungkapkan oleh Executive Director di Indonesian Association for the Study on Thoracic Oncology (IASTO),Prof. Dr. dr. Elisna Syahruddin, Sp.P(K), Ph.D.

"Kunci untuk mengurangi kematian akibat kanker paru di Indonesia adalah deteksi dini. Dengan deteksi lebih awal, ada juga peluang penyembuhan yang lebih besar," ungkapnya pada peluncuran konsensus skrining kanker paru-paru di Jakarta, Rabu (23/8/2023).

Deteksi dini juga memungkinkan para penyedia layanan kesehatan untuk menawarkan perawatan yang paling sesuai untuk pasien.

Selain itu, dampak positif skrining dan deteksi dini adalah bisa mencegah risiko kematian.

Salah satu faktor tingginya angka kematian ini adalah sebagian besar penyakit didiagnosis pada staging lanjut.

Dengan deteksi dini, usaha untuk menurunkan angka kematian ini dengan terapi akan cepat dan tepat.

Baca juga: Konsensus Skrining Kanker Paru Nasional Diluncurkan, Cegah Kanker Lebih Awal

"Semua modalitas terapi telah tersedia. Namun cara lain yg berefek positif dengan menemukannya dan memastikan diagnosis sedini mungkin melalui program skrining dan deteksi dini," kata dr Elisna.

Menurut Elisna, saat ini algoritma kecerdasan buatan dapat dilatih untuk mendeteksi dan menyoroti nodul atau lesi paru-paru dalam gambar medis.

Mereka dapat membantu radiologis dalam mengidentifikasi pertumbuhan yang berpotensi kanker pada tahap awal.

Elisna menambahkan jika di Indonesia, sangat penting bahwa skrining LDCT digunakan sebagai alat skrining utama dan sinar-X dada, dapat didukung oleh kecerdasan buatan.

Skrining ini dapat ditujukan untuk perokok aktif dan perokok pasif berusia 45–75 tahun.

"Dengan riwayat keluarga menderita kanker paru-paru, jika kita ingin segera menyelamatkan lebih banyak nyawa dari kanker paru,” kata Elisna.

Lebih lanjut Yayasan Kanker Indonesia, mendesak pemerintah untuk mengalokasikan dana dan menerapkan kebijakan kesehatan yang memperkuat akses ke skrining kanker paru.

Dimulai dari populasi berisiko tinggi berdasarkan hasil dari pengisian Kuesioner Profil Risiko Kanker Paru.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini