Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA– Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin ungkap alasan kenapa diagnosa kanker kerap kali terlambat.
"Diagnosis kanker yang terlambat disebabkan karena beberapa hal," ungkapnya dalam sambutan virtual Precision Oncology Symposium: Addressing Diagnostic Gaps in Personalized Cancer Care yang diadakan Roche, Sabtu (26/8/2023).
Pertama, kurangnya jumlah dan distribusi dokter spesialis dan alat kesehatan.
Hal ini mengakibatkan antian pasien menjadi panjang.
Selain itu, waktu tunggu pun menjadi lama. Sehingga akses ke pelayanan rujukan kanker amat terbatas.
Baca juga: Tangani Kanker, Menkes Tekankan Perlunya Mengadaptasi Perkembangan Teknologi Terbaru
Kedua, kemampuan tenaga kesehatan dan dan diagnosis juga belum optimal.
"Menyebabkan kurangnya kualitas pelayanan di rumah sakit," kata Budi lagi.
Oleh karena itu, Kementerian kesehatan berkomitmen ungkap akan memperluas akses pelayanan kanker di rumah sakit.
Baik melalui pemenuhan alat kesehatan mau pun penyediaan sumber daya manusia melalui program pendidikan dan pelatihan.
Terlebih, kata Budi, pendekatan diganostik kanker perlu mengikuti perkembangan teknologi terbaru.
Baca juga: Menkes: 70 Persen Kematian Karena Kanker Terjadi di Negara Berkembang, Termasuk Indonesia
Pemeriksaan kanker berbasis genetik dapat membantu diagnostik pasien kanker lebih tinggi akurat dan tepat.
Untuk mendukung hal tersebut, Kemenkes menetapkan RS Dharmais sebagai koordinator bertanggung jawab memberikan layanan kesehatan kanker.
Sebagai informasi, Budi ungkap bahwa hampir 70 persen kematian akibat kanker di dunia terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Ini terjadi karena 2 dari 3 pasien kanker di Indonesia didiagnosis pada stadium lanjut.
Padahal 30 persen-50 persen kanker bisa diobati jika ditemukan di awal. (*)