Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Baru-baru ini ramai di media sosial perihal cuitan Ahli dari Epidemiologi Molekuler sekaligus praktisi kesehatan, dokter Tifa.
Dalam cuitannya di akun Twitter @DokterTifa menyebutkan bahwa akan ada pandemi 2.0 yang dijadwalkan di tahun 2024 dimajukan ke tahun 2023.
Terkait hal ini, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Moh. Adib Khumaidi menegaskan jika pernyataan ini bukan dari IDI, tapi personal.
"Bukan dari IDI, itu personal,"ungkapnya pada awak media di Jakarta Pusat, Selasa (7/9/2023).
Lebih lanjut, ia menekankan pada masyarakat untuk menyikapi segala masalah kesehatan berdasarkan eviden base atau berdasarkan bukti dari penelitian.
Dan pernyataan yang disampaikan oleh dokter Tifa ini tidak berdasarkan dasar-dasar ilmiah.
Baca juga: IDI: Indonesia Perlu Punya Sistem Peringatan Dini Polusi Udara
"Kami tidak melihat suatu dasar dalam konteks umpamanya ada informasi yang itu belum ada dasar-dasar ilmiah," tegasnya.
Ia pun menghimbau pada masyarakat untuk mencari referensi utama dan terpercaya terkait masalah kesehatan.
"Artinya kami dari IDI, perhimpunan dokter spesialis, dan dalam lingkup global juga sehingga kalau ada informasi personal yang itu belum ada dasar referensi ilmiahnya maka kami tentu tidak bisa menjadikan sebagai dasar," tegasnya.
Lebih lanjut, Adib meminta masyarakat untuk jangan mudah termakan hoax atau isu-isu konspirasi.
"Jangan mudah termakan hoax atau isu-isu konspirasi dan lainnya," kata dr Adib.
"Kita sudah banyak belajar dari pandemi, cari referensi yang memang terpercaya. Selama ini kami dari profesi selalu menjadikan bahwa kita ingin jadi referensi rujukan bagi masyarakat," pungkasnya.