News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Amankah Penggunaan Pil Biru untuk Atasi Disfungsi Ereksi? Begini Kata Dokter

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi. Demi atasi gangguan ereksi, beberapa orang berani mencoba mengonsumsi obat kuat atau pil biru.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Demi atasi gangguan ereksi, beberapa orang berani mencoba mengonsumsi obat kuat atau pil biru.

Lantas aman kah mengonsumsi pil biru atau obat kuat ini?

Baca juga: Pembesaran Prostat Dapat Sebabkan Terjadinya Gangguan Ereksi, Begini Penjelasan dr Binsar Martin

Terkait hal ini, dokter spesialis urologi konsultan Widi Atmoko ungkap jika masyarakat perlu berhati-hati.

Karena obat yang kerap dijumpai di mana-mana ini belum tentu asli alias palsu.

"Mungkin bisa dibilang pil biru sudah di mana-mana ada. Di pinggir jalan ada, obat kuat, tapi kita pernah melakukan penelitian. Jadi banyak sekali obat-obat ini dalam tanda kutip palsu," ungkapnya pada awak media di Jakarta, Minggu (24/9/2023).

Menurutnya pil biru atau obat kuat yang tidak dijual di apotik resmi kerap kali tidak asli.

"Sudah obat mahal, tidak ada efek, nanti sayang," katanya lagi.

Namun, kata dr Widi pada orang dewasa muda penggunaan pil biru terbilang aman atau tidak boleh saja.

Beberapa obat pun dijadikan sebagai bagian dari terapi.

Baca juga: Ciri-ciri dan Gejala Pria Terkena HIV: Mulai Sering Sakit Flu, Sesak Napas hingga Disfungsi Ereksi

Ia pun mencontohkan kasus pasien disfungsi ereksi yang berusia 30 tahun dengan riwayat obesitas dan perokok berat.

"Kita koreksi msalah faktor risiko kalau ada obesitas, sakit gula, kolestrol, hipertensi. Lalu kita obati berbarengan dengan tim lain, dokter penyakit dalam. Tapi dari kita urollogi juga memberikan pil biru," jelas dr Widi.

Hanya saja, harus dengan catatan sesuai dengan dosis yang diberikan oleh dokter.

Apa lagi obat-obat kuat punya jenis dan efek yang berbeda.

"Ada yang kerjanya itu hanya 4-6 jam. Ada juga yang kerjanya bahkan sampai 36 jam obatnya. Dan itu tergantung si pria dan pasangan ini memiliki kebiasaan berhubungan aktivitas sosial," jelas dr Widi.

Di sisi lain, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat kuat.

Karena obat kuat berkaitan erat dengan masalah pembuluh darah, tekanan darah ada beberapa kontra indikasi.

Pada beberapa obat ini yang bisa menurunkan tensi, sehingga harus ber hati-hati.

"Kalau dikombinasikan tensi bisa ngedrop. Pemberian obat ini harusnya ketemu dokter terlebih dahulu. Tidak bisa langsung beli di apotek. Saran kami berobat terlebih dahulu ke tim profesional," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini