Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) integrasikan program percepatan penurunan stunting di Kampung Keluarga Berkualitas (Kampung KB).
Tidak hanya itu, Program Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat), Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS), dan pendampingan keluarga berisiko stunting oleh Tim Pendamping Keluarga (TPK) dari BKKBN diintegrasikan dengan program desa/kelurahan.
Baca juga: KB Banyak Manfaat, Salah Satunya Bisa Cegah Stunting
Hal tersebut disampaikan Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Dr. Bonivasius Prasetya Ichtiarto, S.Si, M.Eng.
Boni mengatakan intervensi gizi terhadap anak-anak stunting atau yang berisiko stunting memberikan dampak yang cukup cepat terhadap upaya penurunan stunting.
“Kampung KB yang dicanangkan oleh Pak Presiden itu sudah berhasil. Kita sama-sama tahu data dari long form sensus penduduk," ungkapnya secara virtual, Selasa (27/9/2024).
Total Fertility Rate Indonesia saat ini ada di angka 2,18 persen. Rata-rata ibu melahirkan 2-3 anak.
Baca juga: Cara Widi Mulia Cegah Stunting untuk Anak-anaknya Lewat Cemilan Bernutrisi Tinggi
"Artinya pengendalian penduduk yang dikaitkan dengan program keluarga berencana sudah berhasil,” tambah Boni.
Menurut Boni, jumlah Kampung KB sudah semakin meningkat.
Boni mengatakan salah satu indikator yang menjadi kunci keberhasilan kampung KB adalah angka stunting yang rendah atau tidak ada lagi anak stunting di desa itu.
Pada acara yang sama, Direktur Analisis Dampak Kependudukan BKKBN Dr. Faharuddin, SST., M.Si. menyampaikan pendapat senada.
Intervensi gizi spesifik yang dilakukan secara bersamaan akan membuat percepatan penurunan stunting terjadi lebih cepat dan juga lebih permanen.
Ditambah, perubahan perilaku masyarakat juga merupakan kunci penurunan stunting yang lebih permanen.
"Berdasarkan penelitian perilaku masyarakat sangat mendukung terjadinya percepatan penurunan stunting di Kampung KB,” pungkas Faharuddin.