TRIBUNNEWS.COM, KESEHATAN - Consultant of Cardiac Intervention & Arrhythmia, dr Ignatius Yansen NG, Sp.JP(K), FIHA, FAsCC berikan penjelasan mengenai cara deteksi dini pada atrial fibrilasi.
Atrial fibrilasi (AF) merupakan gangguan irama jantung yang ditandai dengan denyut jantung tidak beraturan dan cepat.
Penderita atrial fibrilasi dapat merasakan gejala seperti lemas, jantung berdebar, hingga sesak napas.
Pasalnya, denyut jantung yang normal berkisar antara 60-100 kali per menit dengan irama yang teratur.
Namun, pada penderita atrial fibrilasi, irama jantung menjadi tidak teratur dan bisa lebih dari 100 kali per menit.
Baca juga: Atrial Fibrilasi Dapat Tingkatkan Risiko Penyakit Stroke dan Gagal Jantung, Begini Penjelasan Dokter
Atrial fibrilasi (AF) ini adalah salah satu jenis dari aritmia atau gangguan irama jantung.
Gejala dari AF bisa hilang timbul, berlangsung lama, atau bahkan permanen.
Jika kondisi ini dibairkan, atrial fibrilasi bisa mengakibatkan stroke dan gagal jantung.
Sebelum mengalami hal tersebut, ada baiknya kita lebih memperhatikan kesehatan jantung kita dengan cara melakukan deteksi dini.
Dilansir dari kanal YouTube Kompas Tv, Consultant of Cardiac Intervention & Arrhythmia, dr Ignatius Yansen NG, Sp.JP(K), FIHA, FAsCC jelaskan mengenai cara deteksi dini atrial fibrilasi.
Baca juga: Sering Capek dan Sakit Kepala? Tanda Tubuh Perlu Detox, dr. Zaidul Akbar Sarankan Lakukan 3 Hal ini
Teknik untuk Deteksi Dini Atrial Fibrilasi
1. Gunakan smart watch
Untuk melakukan deteksi dini pada atrial fibrilasi, Anda dapat menggunakan smart watch.
Pasalnya, smart watch memiliki fitur untuk mendeteksi denyut jantung, jika denyut jantung tidak beraturan, biasanya smart watch tersebut akan memberikan peringatan.
Sehingga, Anda akan lebih aware terhadap kesehatan jantung Anda.
"Beberapa pasien saya menggunakan smart watch untuk mendeteksi denyut jantung dan ia bilang bahwa ia tidak memiliki gangguan irama jantung karena ia dapat mendeteksinya dengan menggunakan smart watch."
"Jadi mereka tahu, apakah mereka memiliki gangguan irama jantung atau tidak," papar dr Ignatius Yansen.
Baca juga: Tidak Makan Malam, Ini Efeknya untuk Tubuh, dr. Zaidul Akbar: Hidup Akan Lebih Sehat
2. Melakukan pemeriksaan tekanan darah
Langkah kedua untuk melakukan deteksi dini pada atrial fibrilasi adalah dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah.
Menurut dr Ignatius Yansen, saat pemeriksaan tekanan darah, ada yang namanya sistolik, diastolik, dan juga ada pendeteksi nadi.
Melalui pemeriksaan tersebut, Anda dapat melakukan deteksi apakah denyut jantung berdenyut normal atau mengalami aritmia (gangguan irama jantung).
3. MENARI, Memeriksa nadi sendiri
Langkah ketiga yang disarankan oleh dr Ignatius Yansen untuk mendeteksi adanya atrial fibrilasi atau tidak adalah dengan MENARI.
MENARI adalah meraba nadi sendiri, Anda diminta untuk meraba nadi sendiri untuk mengetahui apakah Anda mempunyai nadi yang teratur atau tidak, dan untuk mengetahui apakah nadi tersebut loncat-loncat atau tidak.
"Ada banyak faktor dan banyak alat yang dapat digunakan untuk mendeteksi aritmia, termasuk yang paling sederhana dengan MENARI, memeriksa nadi sendiri," terang dr Ignatius Yansen.
Baca juga: Ingin BAB Lancar? dr. Zaidul Akbar Sarankan Konsumsi Minuman Ini Pagi dan Malam, Buktikan Khasiatnya
Apakah Atrial Fibrilasi Bisa Disembuhkan?
dr Ignatius Yansen menjelaskan, atrial fibrilasi sendiri dibagi menjadi dua jenis, yaitu stadium awal dan stadium lanjutan.
Untuk penderita atrial fibrilasi stadium awal, kondisi ini masih bisa disebuhkan dengan cara mencari sumber korslet listrik pada jantung.
Namun, untuk penderita atrial fibrilasi stadium lanjutan, kondisi ini tidak bisa melakukan tindakan terapi atau tidak bisa disembuhkan.
"Kalau stadium awal masih bisa disembuhkan. Artinya pasien tersebut kita cari sumber korslet listrik jantungnya."
"Kemudian dibenarkan agar pasien tidak menderita AF atau atrial fibrilasi lagi, sehingga pasien tidak perlu minum obat lagi," jelas dr Ignatius Yansen.
"Tapi kalau sudah stadium lanjut, korslet atau kekacauan listrik sudah permanen. Pasien dengan kondisi ini tidak bisa melakukan tindakan seperti terapi atau disembuhkan."
"Artinya pasien atau dokternya harus berdamai, pasien tersebut menderita AF dan harus minum obat seumur hidup."
"Atrial fibrilasi meningkatkan risiko stroke 5 kali sampai 6 kali daripada pasien yang tidak menderita atrial fibrilasi."
"Itulah pentingnya kita menyadari, mendeteksi dini apakah kita menderita gangguan irama jantung atau tidak, terutama atrial fibrilasi ini," lanjut dr Ignatius Yansen.
Baca juga: Resep Herbal Ala dr. Zaidul Akbar untuk Meregenerasi Sel Tubuh, Gunakan Lengkuas dan 3 Bahan Ini
Penjelasan tersebut disampaikan oleh Consultant of Cardiac Intervention & Arrhythmia, dr. Ignatius Yansen NG, Sp.JP(K), FIHA, FAsCC dalam tayangan YouTube Kompas TV program Bincang Sehat.
Baca berita lain seputar kesehatan di sini
(Tribunnews.com/IR)