Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Waktu yang dibutuhkan untuk mengejar target prevalensi stunting 14 persen tinggal 10 bulan lagi.
Hal ini diungkapkan oleh Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan, dan Informasi (Adpin) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sukaryo Teguh Santoso.
Baca juga: Ancam Bonus Demografi, Pendapatan Orang Stunting di Masa Depan Akan Lebih Rendah 20 Persen
"Butuh upaya maksimal untuk mengejar target prevalensi stunting 14 persen. Waktunya, kalau kita hitung tinggal 10 bulan lagi," ungkap Sukaryo pada keterangannya, Kamis (19/10/2023).
Karena itu Teguh mengajak semua pihak untuk bekerja keras dan membuat terobosan-terobosan dalam menurunkan stunting.
Menurut Teguh, berdasarkan data empiris, prevalensi stunting dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan tren menurun.
Data yang dikeluarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesda), menunjukkan pada 2007 angka prevalensi stunting sebesar 36,8 persen.
Baca juga: Wapres Maruf Amin Optimis Target Prevalensi Stunting 14 Persen pada 2024 Tercapai
Prevalensi sempat naik pada 2013 menjadi 37,2 persen.
Sejak 2018 angkanya menunjukkan tren menurun yakni 30,8 persen (2018), 27,7 persen (2019), 24,4 persen (2021), dan 21,6 persen (2022).
"Kita bersyukur ikhtiar pemerintah sudah banyak dilakukan. Tren prevalensi stunting terus turun. Tahun 2023 ini kita targetkan turun 3,8 poin jadi 17,8 persen," kata Teguh lagi.
Karena itu Teguh mengatakan BKKBN optimistis target prevalensi stunting 14 persen pada 2024 dapat dicapai.
Lebih jauh Teguh mengatakan ada 71 juta entitas keluarga di seluruh Indonesia dari hasil Pemutakhiran Pendataan Keluarga tahun 2022.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 13,5 juta kelurga berisiko stunting.
Menurut Teguh, dari jumlah keluarga berisiko stunting itu, ada tiga sasaran prioritas yakni pertama calon pengantin sebagai pencegahan prekonsepsi.
Kedua, sasaran kepada ibu hamil. Ketiga, sasaran kepada ibu pascasalin dan anak usia 0-23 bulan.
--