TRIBUNNEWS.COM - Nyamuk Wolbachia adalah nyamuk yang memiliki bakteri Wolbachia di dalam tubuhnya.
Para peneliti menggunakan nyamuk Wolbachia untuk mencegah penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD).
Wolbachia adalah bakteri yang sangat umum dan terdapat pada 50 persen spesies serangga termasuk nyamuk, lalat, dan kupu-kupu.
Nyamuk Aedes aegypti, penyebab DBD, biasanya tidak membawa bakteri Wolbachia, namun ada banyak nyamuk lainnya yang membawa bakteri Wolbachia, seperti dikutip dari World Mosquito Program.
Lalu, bagaimana metode nyamuk Wolbachia dapat menekan penyebaran nyamuk DBD? Simak penjelasan di bawah ini.
Baca juga: Kementerian Kesehatan Ingatkan Waspada DBD, Penyebab Kematian Tertinggi ke-6 pada Anak
Metode Nyamuk Wolbachia, Tekan Kasus DBD
Beberapa tahun yang lalu, penelitian "Project Wolbachia-Singapore" menggunakan nyamuk yang mengandung bakteri Wolbachia jantan untuk menekan kasus DBD.
Diketahui, DBD hanya dapat disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti betina, yang dapat berkembang biak dengan cara bertelur.
Penelitian ini menggunakan nyamuk Wolbachia untuk mengontrol populasi nyamuk Aedes Aegypti, dikutip dari National Environment Agency.
Dalam penelitian itu, nyamuk Wolbachia dilepaskan di wilayah Tampines dan Yishun, Singapura, untuk membuahi nyamuk Aedes Aegypti betina, yang otomatis akan terkena bakteri Wolbachia.
Ketika nyamuk Wolbachia membuahi nyamuk Aedes Aegypti betina, maka telur nyamuk Aedes Aegypti tidak akan menetas.
Sehingga, dapat menekan populasi nyamuk Aedes Aegypti.
Penelitian tersebut berhasil menekan perkembangan nyamuk Aedes Aegypti hingga 90 persen di wilayah Tampines dan Yishun.
Untuk menekan kasus DBD, para peneliti kemudian melepaskan nyamuk Wolbachia-Aedes jantan di wilayah Yishun, Tampines, Choa Chu Kang dan Bukit Batok.
Nyamuk Wolbachia-Aedes tidak menyerang manusia dan hanya mencari nyamuk betina, sehingga dapat menekan populasi Aedes Aegypti.
Baca juga: Tidak Ingin Kena DBD Lagi, Ringgo Agus Rahman Lakukan 3M dan Ngotot Vaksinasi
Gejala DBD:
Berikut ini beberapa gejala yang mungkin muncul pada seseorang yang menderita DBD, dikutip dari UNICEF.
- Demam tinggi mendadak, hingga 40°C
- Sakit kepala parah
- Sakit di belakang mata
- Nyeri otot dan sendi
- Mual
- Muntah
- Kelenjar bengkak
- Ruam kulit.
Baca juga: Usia Produktif Riskan Kena DBD Berulang, Dokter Anjurkan Vaksinasi
Cara Mengobati DBD Ringan:
- Istirahat
- Minumlah banyak air, agar tetap terhidrasi
- Makan makanan bergizi
- Konsumsi parasetamol untuk membantu mengatasi nyeri dan demam, seperti yang direkomendasikan oleh ahli kesehatan
- Basahi kulit dengan air dingin untuk mengurangi demam
- Hindari obat antiinflamasi nonsteroid, seperti ibuprofen dan aspirin, karena dapat meningkatkan risiko pendarahan
- Waspadai gejala yang parah dan hubungi dokter sesegera mungkin jika Anda menyadarinya.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait DBD