Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Kesehatan memutuskan untuk memperluas area penyebaran nyamuk Wolbachia di lima kota di Indonesia.
Kelima kota itu diantaranya Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang dan Kupang.
Baca juga: Kemenkes Tegaskan Teknologi Wolbachia Cegah DBD Pasti Aman
Kemenkes juga telah mengeluarkan Buku Pedoman Penanggulangan Dengue dengan metode nyamuk ber-wolbachia di 5 kota.
Buku pedoman ini dikeluarkan untuk memastikan implementasi wolbachia berjalan baik sesuai dengan penelitian di Yogyakarta.
Lebih lanjut, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Maxi Rein Rondonuwu menegaskan bahwa penyebaran nyamuk ber-wolbachia dipastikan aman.
Baca juga: Nyamuk Wolbachia Akan Disebar, Pj Gubernur Sebut Aman, Warga Bandung Ada yang Takut
Karena telah melalui proses penelitian yang cukup panjang dengan turut melibatkan banyak ahli.
“Penerapan teknologi nyamuk ber-wolbachia sudah melalui kajian dan analisis risiko dengan melibatkan 25 peneliti top Indonesia, dan hasilnya bagus," ungkap Maxi pada laman resmi Kemenkes, Minggu (26/11/2023).
Di sisi lain, meski telah menunjukkan hasil yang baik, Maxi mengatakan jika pelaksanaan nyamuk ber-wolbachia tetap memerlukan monitoring dan evaluasi secara berkala.
Agar, dapa mengetahui perkembangan dari penyebaran nyamuk ber-wolbachia.
Dalam kesempatan yang sama, Peneliti Nyamuk Ber Wolbachia Universitas Gadjah Mada Prof Adi Utarini mengatakan bahwa penyebaran dengue di Kota Yogyakarta telah berjalan efektif sejak tahun 2016.
Terbukti, daerah yang disebar nyamuk ber-wolbachia terbukti mampu menurunkan angka kejadian demam berdarah hingga 77 persen dan angka perawatan rumah sakit juga turun 86 persen.
Bahkan, merujuk pada data Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta tahun 2023, kasus demam berdarah dengue tercatat hanya di angka 67 kasus.
Jumlah ini merupakan yang terendah selama 30 tahun terakhir.
“Kami membandingkan kecenderungan dengue di Yogyakarta mundur 30 tahun, dari situ kami menyimpulkan memang angka kejadian dengue saat ini terendah sejak 30 tahun lalu. Hasil ini menjadi bukti penelitian di Yogyakarta sekaligus rekomendasi ke WHO untuk vector control advisory Group,” katanya.
Prof Adi Utarini menambahkan, selain menurunkan angka kejadian dengue, penyebaran nyamuk ber-wolbachia disebut juga berhasil menekan anggaran penanganan dengue Kota Yogyakarta.
Prof Adi Utarini juga mengungkapkan, salah satu anggaran yang dapat ditekan adalah pembiayaan untuk fogging atau pengasapan.
“Karena tingginya kasus, fogging yang semula bisa 200 kali di tahun 2022, tapi kini bisa 9 kali di tahun ini. Penghematannya bisa sekitar 200-an juta, sehingga biayanya bisa di realokasi untuk hal lain,” kata Prof Adi Utarini.
Disamping pengasapan, penurunan jumlah kasus dengue yang dirawat inap, juga diperkirakan akan menghemat biaya perawatan pasien dengue yang menggunakan BPJS Kesehatan.
“Sekitar tahun 2017-an di satu kabupaten bisa Rp 8-9 miliar untuk dengue. Jadi ini bisa menjadi potensi penghematan yang besar,” ungkapnya