Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama Pusat Kanker Nasional Dharmais dr. R. Soeko W. Nindito D., MARS, menuturkan, perawatan dan penanganan pasien kanker sangatlah rumit.
Dari diagnostik sampai penanganannya memerlukan perawatan komprehensif.
"Semua ini untuk pasien, bagaimana perawat melakukan assesement terhadap kondisi pasien psikologi, perencanaan keperawatan," ujar dia dalam dialog Oncology Nursing in Indonesia: How It Is Evolving and What Does The Future Hold? di Universitas Indonesia, Depok, Rabu (6/12/2023).
Karena itu diperlukan kolabrasi dengan profesi perawat untuk pelayanan keperawatan.
Lantaran, perawatlah yang sering menemui pasien ketimbang dokter.
"Yang sering ketemu pasien itu perawat. Bagaimana kita bisa edukasi pasien. Kanker itu rumit, diagnostik sampai penanganannya. Perlu perawat spesialis seperti di luar negeri yang bisa edukasi pasien," tutur Soeko.
Baca juga: Abu Vulkanik Gunung Meletus Bisa Picu Kanker Paru?
Misalnya saja di RS Dharmais Jakarta dalam sehari pasien rawat jalan ada sekitar 1.000 orang.
"Kalau rawat inap sehari itu, karena BOR-nya sekitar 90 persen dari 350 (dalam sehari), jadi hampir penuh tiap hari,"
Publikasi terbaru WHO Setting Priorities, Investing Wisely & Providing Care for All menyebutkan bahwa satu dari enam kematian di dunia diakibatkan oleh kanker.
Kasus kanker di 2018 mencapai 18.1 juta dan akan meningkat menjadi 29.4 juta kasus kanker di dunia ada tahun 2040.
Sementera itu disisi lain, Indonesia belum memiliki spesialis perawat onkologi.
Tanggung jawab seorang spesialis perawat onkologi adalah memberikan pelayanan keperawatan pada pasien kanker dan keluarganya yang bermutu sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Ketua Prodi Ners Spesialis Keperawatan Onkologi menuturkan, rasio perawat-pasien yang tidak memadai berkontribusi terhadap rendahnya kualitas pelayanan pasien, dan menyebabkan hasil akhir yang buruk.