Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - United Nations Children's Fund, atau Dana Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (Unicef) ungkap jika 1,3 juta anak meninggal karena radang paru atau pneumonia.
Tiap 39 detik ada 1 anak meninggal karena pneumonia di belahan dunia.
Pneumonia merupakan radang paru akut yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, misalnya bakteri atau virus.
Gejala pneumonia diawali dengan demam dan gejala infeksi saluran pernapasan atas akut, misalnya batuk, yang kemudian memburuk menjadi sesak.
Sesak merupakan gejala utama pada radang paru atau pneumonia.
Menurut Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Hal ini diungkapkan oleh Dr Rina Triasih, M.Med (Paed), Ph.D, Sp.A(K) penting bagi orangtua untuk deteksi awal sesak napas.
"Ini menjadi penting karena tata laksana pneumonia. Ada batasannya menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), gampangnya 0-2 bulan itu kita lihat tanda khasnya," ungkap dr Rina pada media briefing virtual, Kamis (23/2/2024).
Terutama saat ini marak ditemukan anak alami batuk dan pilek. Orangtua harus mengevaluasi tanda-tanda yang sesak napas.
Tanda pertama, orangtua harus melihat tarikan napas anak setiap satu menit.
Baru lahir–1 tahun: 30–60 kali per menit. Usia 1–3 tahun: 24–40 kali per menit. Usia 3–6 tahun: 22–34 kali per menit.
Lebih dari itu, maka orangtua perlu mempertimbangkan untuk memeriksakan anak ke dokter.
Kedua, ketika anak ada gerakan naik turun pada dada, maka harus segera dibawa ke dokter. Ketiga, pada tahap yang sudah berat, terlihat gerakan di cuping hidung saat bernapas.
"Jadi cuping hidungnya kembang kempis," imbuhnya.