News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kemenkes Ungkap Alasan Kenapa KLB Lebih Banyak di Jawa Meski Cakupan Imunisasi Tinggi

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bidan Desa Yudha Purwanidyah memberikan vitamin saat imunisasi di Posyandu Balai Desa Ngadilangkung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Kamis (2/2/2023). Imunisasi tersebut dilakukan sebagai antisipasi untuk meminimalisir anak dari dampak terpapar campak. Pemerintah Kabupaten Malang melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang mengimbau para orang tua untuk segera membawa putra-putrinya melakukan imunisasi terutama untuk imunisasi campak. Baik melalui posyandu, puskesmas atau bisa dilakukan di sekolah dasar (SD) secara gratis. SURYA/PURWANTO

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Prima Yosephine ungkap alasan kenapa kejadian luar biasa (KLB) lebih banyak ditemukan di pulau Jawa. 

Padahal, cakupan imunisasi di pulau Jawa cukup tinggi dibandingkan di daerah lain. 

Beberapa titik di daerah bukan ada yang mencatat bahwa tiap tahunnya lebih dari 10 ribu anaknya belum mendapatkan imunisasi.

Daerah tersebut adalah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Papua Tengah. 

Menurut Prima ini dikarenakan pendataan dan surveilans kasus lebih baik di pulau Jawa. 

"Memang, surveilans lebih baik di pulau Jawa," ungkapnya pada media briefing Pekan Imunisasi Dunia yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan, Senin (18/3/2024).

Baca juga: Jangan Cemas, Berikut Tips Bagi Orangtua Saat Anak Dapat Jadwal Ganda Imunisasi 

Situasi ini ditambah dengan pulau Jawa yang padat dengan penduduk. 

"Walau cakupan vaksinasi tinggi, kalau belum menyentuh 90 persen rata-rata per desa, itu tidak bisa mampu. Kalau anak terdampak akan cepat transmisinya," jelasnya. 

Keadaan ini mengakibatkan KLB bertambah besar. 

"Kalau papua, daerah remote walau cakupan rendah, kepadatan penduduk jarang. Tetap ada kasus, tapi tidak memenuhi syarat," imbuhnya. 

Prima mengungkapkan ada kriteria tertentu suatu daerah dapat dikatakan mengalami KLB. 

"Ada kriteria tertentu. Misalnya untuk campak harus lima kasus, ada hubungan epidemiologi. Mungkin masih kriteria peningkatan kasus, tapi belum KLB," tutupnya. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini