Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus tuberkulosis (TB) di Indonesia masih tinggi dan tercatat penyumbang nomor dua di dunia.
Menurut Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Dr dr Erlina Burhan, salah satu penyebabnya banyak pasien yang tidak berobat hingga tuntas.
Ia pun menjelaskan penyebab alasan pasien kerap gagal jalani pengobatan TBC
"Ada beberapa hal kenapa pasien tidak menyelesaikan pengobatan sampai selesai," ungkapnya dalam webinar bersama Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Senin (25/3/2024.
Pertama, biasanya dalam pengobatan 1-2 bulan, keluhan berkurang atau bahkan tidak ada.
"Demam tidak ada, batuk berkurang bahkan menghilang, nafsu makan kembali bagus, tidak ada lesu lelah letih, banyak pasien kurang pengetahuannya menghentikan sendiri pengobatan," jelas Prof Erlina.
Padahal, meski gejala mulai menghilang, kuman masih ada di dalam tubuh.
Baca juga: Kedua Tertinggi di Dunia Kemenkes, Ungkap Ada Satu Juta Lebih Orang hidup dengan TBC di Indonesia
Ketika berhenti mengonsumsi obat, kuman yang tinggal sedikit kembali berkembang-biak. Kuman bertambah banyak kembali menimbulkan kerusakan.
"Kami sebut sebagai kekambuhan," imbuhnya.
Kedua, ada juga merasa bosan dengan lamanya pengobatan. Ketiga, komunikasi dokter dan pasien yang tidak terjalin dengan baik.
Akibatnya, pasien tidak mengetahui harus berobat selama 6 bulan. Keempat, ada faktor efek samping.
Keempat, masyarakat yang tidak menyadari jika dirinya sedang sakit.
Kuman penyebab TBC diketahui tidak terlihat secara kasat mata. Sehingga pasien tidak melakukan pengobatan.
"Ada lagi masalah keonomi, tidak ada biaya datang ke rumah sakit puskesmas mengambil obat. Atau masalah ke rumah sakit (ambil obat) tidak bisa kerja," tambahnya.
Masalah lai masyarakat tidak menuntaskan pengobatan adalah karena adanya stigma.
"Saya punya pasien, dok begitu tahu tetangga saya TB, tetangga tidak mau depan lewat rumah. Ini masalah stigma, banyak tidak mau ketahuan, tidak mau periksa," tutupnya.