Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Komika berbakat Babe Cabita meninggal dunia pada Selasa (9/4/2024).
Babe Cabita sempat mengisahkan dirinya mengidap penyakit anemia aplastik.
Spesialis penyakit dalam subspesialis hematologi-onkologi (Kanker) dari Pengurus Besar IDI Prof Zubairi Djoerban memberikan penjelasannya, apa yang terjadi pada tubuh jika memiliki penyakit anemia aplastik.
Ia menyebut bahwa di dalam tubuh memiliki sirkulasi darah berupa sel darah merah, sel darah putih, sel trombosit, dan lainnya.
Sayangnya, ketika seseorang memiliki anemia aplastik, ketiga sel tersebut berkurang.
Baca juga: Mengenal Anemia Aplastik, Penyakit Langka yang Diidap Babe Cabita, Ini Penyebab dan Gejalanya
Seseorang akan mengalami kondisi hemoglobin yang rendah sehingga pasien memiliki anemia atau kurang darah.
Kemudian, leukosit dari pasien anemia aplastik itu rendah.
"Seringkali jauh di bawah 4000. Kemudian trombositnya rendah, yakni di bawah 150 ribu," jelas dia dalam penjelasannya dikutip dari X, Kamis (11/4/2024).
Lebih lanjut Prof Zubairi menjelaskan, dalam mendiagnosis anemia aplastik maka diperlukan pemeriksaan sumsum tulang (bone marrow).
Hal ini dikaarenakan sel-sel yang ada pada darah tersebut terbentuknya di sumsum tulang.
"Saat pemeriksaan, nanti akan ditemukan bahwa sel-sel yang akan menjadi sel darah merah itu berkurang," ujar Prof Zubairi.
Demikian pula calon sel darah putih dan trombosit yaitu megakariosit serta yang lainnya juga rendah.
"Intinya jumlah sel dalam sumsum tulang belakang terus berkurang. Bahkan deringkali kurang dari 25 persen dari seharusnya," ungkapnya.
Akhirnya pasien akan lemah, pusing, tidaj kuat jalan dan naik tangga.
Kemudian karena leukositnya rendah maka pasien akan mudah infeksi.
Kalau terinfeksi sulit sekali mengobati dengan antibiotik karena sel darah putih yang rendah.
Akibat trombosit yang rendah maka timbul perdarahan, maka gejala saat mengindap penyakit ini bisa dilihat seperti mulai dari bintik-bintik di kulit mirip DBD, bisa juga mimisan, perdarahan gusi, volume menstruasi yang banyak, BAB berdarah, dan lain-lain.
Adapun terapi anemia aplastik terdiri dari perawatan suportif, transfusi darah, terapi imunosupresif, stimulan sumsum tulang, atau transplantasi sel hematopoietik (hematopoietic cell transplantation/HCT).