News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penelitian Terbaru Mom Shaming, Dialami 70 Persen Ibu di Indonesia dan Aktornya Keluarga Inti

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Erik S
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Peneliti Utama dan Ketua Health Collaborative Center (HCC), Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH,  Senin (1/7/2024), saat memaparkan hasil studi menunjukkan, 7 dari 10 ibu di Indonesia yang diwakili responden penelitian pernah mengalami mom shaming

Laporan Wartawan Tribunnews.com Eko Sutriyanto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Studi terbaru dari Health Collaborative Center (HCC) mengungkap tingginya angka mom shaming di Indonesia sehingga perlu kesadaran dan tindakan untuk mengatasi masalah ini di masyarakat.

Mom shaming adalah perilaku kritik yang dilontarkan orang lain kepada seorang ibu yang dapat mempermalukan, merendahkan, menghina, atau bahkan menyakiti perasaannya dan dilontarkan biasanya berupa gaya pengasuhan yang dinilai berbeda yang diterapkan seorang ibu untuk anaknya.

Contohnya mempertanyakan soal pencapaian pertumbuhan dan perkembangan anak bahkan membandingkan dengan anak lainnya, 

Baca juga: Felicya Angelista Kesal Lihat Ibu Setelah Melahirkan Kerap Kena Body Shaming

HCC merilis angka kejadian mom shaming sebesar 72 persen dan sebagian besar dialami ibu responden penelitian ini, mom shaming justru dari keluarga dan orang terdekat atau inti, seperti suami, orangtua dan mertua.

Peneliti Utama dan Ketua HCC, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH mengatakan, hasil studi menunjukkan, 7 dari 10 ibu di Indonesia yang diwakili responden penelitian ini pernah mengalami bentuk mom shaming.

Kondisi ini ternyata berdampak signifikan terhadap kesehatan mental dan emosional mereka karena aktor pelaku mom shaming berdasarkan hasil survei ini, menurut ibu responden, justru diterima dari lingkungan initi mereka, yaitu keluarga, kerabat, dan lingkungan tempat tinggal.

"Ini tentunya temuan yang perlu di kaji lebih sistematis, karena keluarga harusnya menjadi core support system yang melindungi ibu dari perlakuan mom shaming,” ungkap dr Ray saat memaparkan hasil penelitian, Senin (1/7/2024).

Ray yang melakukan studi ini Bersama Research Associate HCC, Yoli Farradika M.Epid mengatakan, mayoritas ibu yang mengalami mom shaming juga cenderung terpengaruh sehingga secara deskripsi lebih dari 50 persen terpaksa mengganti pola asuh dan parenting untuk mengikuti kritik dari pelaku mom shaming.

Bahkan hanya 23 persen ibu responden yang mengaku berani melawan dan menghindar dari perlakuan mom shaming.

"Kondisi ini disebabkan kurang optimal nya peran support system yaitu keluarga yang harusnya melindungi mereka," katanya.

Baca juga: Alami Body Shaming, Aurel Hermansyah Bela Diri, Sebut Ogah Egois Tak Pikirkan Diet Demi ASI

Sehingga, kata pengajar Kedokteran Kerja di Kedokteran Komunitas FKUI ini, selain tidak bisa melawan dan menghindar, malahan ibu yang mengalami mom shaming takluk dengan kritik tidka membangun ini dan mengorbankan pola asuh atau gaya parenting yang bisa saja sudah baik.

Dalam penelitian peran sosial media ternyata tidak terlalu signifikan dalam perlakuan mom-shaming.

Para ibu responden survei ini hanya sedikit yang terpengaruh mom shaming dari social media, yaitu hanya sekitar 6 persen.

"Artinya hipótesis selama ini bahwa media social sebagai kontributor mom shaming ternyata tidak sepenuhnya tepat. Karena justru studi ini menemukan keluargalah yang menjadi aktor utama mom shaming," ungkap dr Ray.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini