News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Mengapa Asma pada Anak Harus Segera Dideteksi Sejak Dini?

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi. Asma dapat menyebabkan kesulitan bernapas sehingga bisa mengganggu aktivitas, rutinitas dan kualitas hidup anak.

Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Penyakit asma pada anak harus dideteksi dan ditangani segera.

Jika tidak maka akan berkaitan dengan proses tumbuh kembang anak.

Asma dapat menyebabkan kesulitan bernapas sehingga bisa mengganggu aktivitas, rutinitas dan kualitas hidup anak.

Baca juga: Orang Tua Disarankan Lakukan Deteksi Dini Risiko Asma Pada Anak Usia Pra-Sekolah

Dokter Spesialis Paru Anak, Prof. DR. dr. Bambang Supriyatno, Sp.A(K) menjelaskan, gejala utama asma yang biasanya muncul adalah batuk, wheezing atau mengi, sesak napas dan rasa tertekan di dada.

Kondisi asma adalah saat bronkus menyempit ataupun membengkak hingga membuat produksi lendir menjadi berlebihan yang akhir dapat menyebabkan seseorang kesulitan bernapas.

"Sayangnya masih banyak yang belum memahami mengenai kondisi asma, terutama sensitisasi atau proses yang membuat keadaan seseorang menjadi sensitif akan pencetus asma. Pada akhirnya asma tidak terdeteksi sejak dini, padahal ini penting," kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini dalam keterangan tertulisnya, Selasa (6/8/2024).

Baca juga: Hati-Hati, Tidak Hanya Bikin Gerah, Cuaca Panas Bisa Munculkan Serangan Asma

Prof Bambang mengingatkan, penting bagi orang tua untuk memahami bagaimana cara untuk mendeteksi asma sejak dini agar upaya pencegahan sensitisasi akan alergen asma bisa dilakukan sejak masa kehamilan.

Salah satu caranya adalah melalui Skrining Risiko Asma Pediatrik (Pediatric Asthma Risk Score/PARS).

Dalam diagnosis asma pada anak, selain anamnesis dan pemeriksaan fisis, terdapat juga pemeriksaan penunjang yaitu salah satunya dengan sistem prediksi atau skoring.

Pada penelitian Micheal dan kawan-kawan juga menyebut kalau PARS dinilai sebagai alat skrining sederhana, efektif, dan dipersonalisasi untuk memperkirakan risiko asma pada anak-anak.

Hasil skrining PARS ini untuk menentukan apakah anak memiliki risiko rendah, sedang atau tinggi terhadap asma.

"PARS menjadi alat yang membantu dokter mengidentifikasi untuk merencanakan tindakan pencegahan atau intervensi sesuai dalam upaya mencegah asma," katanya.

Pasca dilakukan skrining hasilnya akan menjadi dasar untuk pengobatan yang perlu dilakukan.

Selain itu juga upaya pencegahan akan serangan atau kekambuhan asma seperti menghindari alergen atau pencetusnya, sehingga kontrol asma dapat dilakukan.

"Faktor pencetus asma itu misalnya seperti debu rumah, alergen dari bulu bintang ataupun polusi udara. Baik itu dari asap rokok, asap kayu ataupun polusi udara di luar ruangan karena buangan kendaraan bermotor misalnya. Bahkan tingkat polusi udara di Jakarta yang tinggi dan hingga infeksi pernapasan akibat virus yang bisa menjadi pencetus," jelas Prof Bambang.

Studi terbaru yang diterbitkan NEJM Evidence pada 4 Agustus 2023 menunjukkan PARS berkinerja baik dalam menentukan perkiraan risiko asma pada ana-anak dari berbagai etnis, latar belakang, dan kepekaan terhadap asma. Dimana lebih dari 33.200 klinisi, orangtua, mahasiswa, dan peneliti telah mengakses PARS di lebih dari 160 negara.

Merujuk penelitian Yunginger, disebutkan asma dimulai sejak usia dini dan insidensi paling tinggi pada anak prasekolah (<6 Tahun).

Hal ini juga yang akan menjadi faktor angka asma terus merangkak naik pada usia dewasa. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia Tahun 2023, total angka penderita asma di Indonesia mencapai 877.531 orang dimana angka tertinggi ada di Provinsi Jawa Barat 156.977 orang, Jawa Timur 130.683 orang, dan Jawa Tengah 118.184 orang.

Secara usia, data SKI 2023 juga menyebut jika penderita asma anak pada usia kurang satu tahun sebanyak 11.518 anak, usia 1-4 tahun mencapai 59.253 anak dan rentang usia 5-14 tahun ada sebesar 138.465 anak.

Dari data tersebut proporsi kekambuhan asma dalam 12 bulan terakhir berdasarkan usia masih terbilang tinggi.

Untuk usia kurang 1 tahun hingga 53,5 persen Kemudian usia 1-4 tahun kekambuhannya lebih tinggi mencapai 66 persen dan usia 5-14 tahun risiko kambuh 59,8 persen.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini