News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Awas, Nias Selatan Darurat Wabah Demam Berdarah Dengue dan Malaria, Red Zone 7 Kecamatan

Penulis: Gita Irawan
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Situasi darurat wabah demam berdarah dengue (DBD) dan malaria melanda di Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara dengan temuan kasus di 7 kecamatan sejak Januari 2024.

Laporan Wartawan Tribhnnews.com, Gita Irawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan situasi darurat wabah demam berdarah dengue (DBD) dan malaria melanda di Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara.

Kasus ini ditemukan sejak Januari hingga Juli 2024 dan 7 kecamatan di kabupaten ini jadi red zone alias terdampak.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, Ph.D. mengatakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Nias Selatan mencatat setidaknya ada tujuh kecamatan yang terdampak.

Tujuh kecamatan itu meliputi Pulau-Pulau Batu, Pulau-Pulau Batu Timur, Pulau-Pulau Batu Barat, Pulau-Pulau Batu Utara, Simauk, Tanah Masa dan Hibala.

Ia mengatakan dalam kurun waktu selama tujuh bulan tersebut, kurang lebih sudah ada 562 orang warga terjangkit.

"Sebanyak delapan orang meninggal dunia, dan 554 warga lainnya telah dirawat dan dinyatakan sembuh dari wabah malaria tersebut," kata dia dalam Siaran Pers BNPB pada Kamis (15/8/2024).

Sebagai bentuk upaya penanganan darurat, kata dia, Pemerintah Kabupaten Nias Selatan telah menetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Non Alam Kejadian Luar Biasa Malaria dan Demam Berdarah Dengue dengan Nomor 100.3.3.2/639/2024 selama 14 hari hingga tanggal 23 Agustus 2024.

Selain itu, kata dia, Bupati Nias Selatan juga telah membentuk Sistem Komando Penanganan Darurat Kejadian Bencana Non Alam Kejadian Luar Biasa Malaria dan Demam Berdarah yang ditetapkan melalui surat bernomor 100.3.3.2/646/2024 pada tanggal 9 Agustus 2024.

Atas keputusan tersebut, lanjut dia, unsur forkopimda se-Kabupaten Nias Selatan rutin melaksanakan upaya penilaian dan kaji cepat di lokasi-lokasi yang menjadi zona merah wabah dua penyakit tersebut.

Baca juga: Waspadai Musim Pancaroba, Sebabkan Kasus ISPA Hingga Demam Berdarah Dengue

BPBD Kabupaten Nias Selatan terus berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat untuk melakukan langkah-langkah strategis dan terintegrasi.

Dinas Kesehatan, kata dia, juga telah menerbitkan status kejadian luar biasa dan melaksanakan penanganan pasien melalui pusat-pusat pelayanan kesehatan.

Sedangkan pemerintah kecamatan bersama muspida, kata dia, juga tak henti menggencarkan gotong royong pembersihan lingkungan sebagai bentuk mitigasi dan antisipatif.

Baca juga: Indonesia Negara Endemik Malaria di Asia Tenggara

"Saat ini, wabah penyakit yang disebabkan oleh parasit protozoa yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan anopheles itu masih mengintai sebagian besar masyarakat Nias Selatan," kata dia.

"Kasus wabah yang masuk dalam kategori bencana non alam sesuai UU Nomor 24 tahun 2007 itu sebenarnya juga menjadi ancaman di wilayah lain di Tanah Air," sambung dia.

Sebagai negara tropis, kata dia, Indonesia menyumbangkan kasus malaria terbanyak kedua di Asia, setelah India.

Ia mengatakan Indonesia mencatat estimasi 811.636 kasus positif pada 2021, sebagaimana menurut data Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes).

Indonesia, lanjut dia, merupakan salah satu dari sembilan negara endemik malaria di wilayah Asia Tenggara yang menyumbang sekitar 2 persen dari beban negara malaria secara global.

Sementara itu, kata Abdul Muhari, Kemenkes menunjukkan pada 2023 sebanyak 389 kabupaten/kota telah melakukan eliminasi malaria sesuai target.

Sedangkan Pada 2030 mendatang, kata dia seluruh wilayah Indonesia ditargetkan telah bebas kasus malaria.

Sementara itu, tren pemeriksaan kasus malaria mengalami kenaikan pada 2023 dengan 3.464.862 pemeriksaan dibandingkan 3.358.447 pemeriksaan pada 2022.

Di sisi lain, lanjut dia, angka positif malaria sebenarnya mengalami penurunan pada 2023 dengan 418.546 kasus dibandingkan pada 2022 dengan 443.530.

Meski mengalami peningkatan pemeriksaan dan penurunan kasus positif, kata dia, target nasional Positivity Rate (PR) malaria <5% masih belum tercapai.

Capaian nasional pada 2023, kata dia, masih sebesar 12,08%.

"Melihat dari data tersebut, pemerintah terus mendorong kepada masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan dengan membersihkan lingkungan secara rutin, mengurangi populasi nyamuk dengan menebarkan ikan sebagai predator jentik nyamuk dan menghindari gigitan nyamuk dengan tidur menggunakan kelambu atau obat anti nyamuk," kata Abdul Muhari.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini