Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Dunia kesehatan viral adanya dugaan larangan penggunaan hijab terhadap dokter dan perawat di Rumah Sakit Medistra.
Hal ini jadi ramai setelah dokter spesialis bedah subspesialis onkologi Diani Kartini melayangkan surat protes kepada RS Medistra.
Baca juga: MUI: Dugaan Larangan Berhijab di RS Medistra Jakarta Perlu Diusut Polisi
Dalam surat ini, Diani mempertanyakan soal persyaratan berpakaian di RS Medistra, salah satunya tentang pelarangan menggunakan hijab.
Terkait hal ini, dokter sekaligus ahli kesehatan global yang kini berdomisili di Australia, Dicky Budiman pun menyampaikan tanggapan.
Baca juga: Kemenkes Buka Suara soal Polemik Pelamar Dilarang Berhijab di RS Medistra
Menurutnya, jika dugaan pelarangan hijab di suatu RS karena bertaraf internasional adalah benar, maka prinsip tersebut terhitung tidak tepat.
"Karena tidak ada standar rumah sakit internasional yang secara eksplisit melarang penggunaan hijab oleh dokter atau tenaga kesehatan di berbagai negara yang terakreditasi secara internasional," ungkap Dicky pada keterangannya, Senin (2/9/2024).
Tenaga kesehatan seperti dokter, perawat dan sebagainya diperbolehkan menggunakan hijab.
Asalkan tidak menganggu aktivitas atau pelayanan kesehatan. Ia pun menyampaikan beberapa poin penting terkait dugaan pelarangan ini.
Pertama, ada prinsip kebebasan beragama di dalam konteks layanan rumah sakit bertaraf internasional di berbagai negara. Bahkan negara maju sekali pun.
"Kebebasan beragam dihormati. Dan ini tercermin dalam kebijakan yang membolehkan menggunakan atribut keagamaan seperti hijab. Sekali lagi selama tidak menganggu standar profesional atau standar keselamatan," jelas Dicky.
Kedua, standar dari RS bertaraf internasional itu lebih fokus pada keselamatan pasien dan kebersihannya
Selama hijab yang dikenakan oleh tenaga kesehatan tersebut memenuhi standar kebersihan, tidak menyebabkan risiko infeksi atau masalah lain, maka tidak masalah untuk dikenakan.
"Sama dengan baju yang dipakai. Menyatu dalam individu seseorang, penggunaanya diperbolehkan. Standarnya sama sebetulnya dengan baju," imbuh Dicky.
Ketiga, setiap RS bisa saja memiliki kebijakan internal yang didasarkan pada budaya lokal, hukum negara, atau standar internadional.
Kebijakan, kata Dicky harus berdasarkan prinsip-prinsip hak asasi manusia, dan tidak boleh bersifat diskriminatif.
"Terakhir, di RS yang bertaraf internasional yang pernah saya kunjungi, baik negara Barat, Timur Tengah mau pun Asia, tenaga kesehatan muslim, mengenakan hijab dan dia tetap menjalankan tugas dengan baik,"lanjutnya.
"Jadi penggunaan hijab yang saya tahu di dunia, bertaraf internasional tidak dinyatakan pelanggaran. Selama tidak bertentangan dengan regulasi medis atau keselamatan kerja,"pungkasnya.
Isi Lengkap Surat Dokter Diani yang Viral Ungkap Pelarangan Jilbab di RS Medistra
Yth. Manajemen RS Medistra
Selamat Siang para Direksi yang terhormat.
29 Agustus 2024
Saya ingin menanyakan terkait persyaratan cara berpakaian di RS Medistra.
Beberapa waktu lalu, asisten saya dan juga kemarin kerabat saya mendaftar sebagai
Dokter Umum di RS Medistra. Kebetulan keduanya menggunakan Hijab.
Ada pertanyaan terakhir di sesi wawancara. Menanyakan terkait performance dan RS
Medistra merupakan RS Internasional, sehingga timbul pertanyaan Apakah bersedia
membuka Hijab jika diterima.
Saya sangat menyayangkan jika di zaman sekarang masih ada pertanyaan RASIS.
Dikatakan RS Medistra berstandar Internasional tetapi kenapa masih RASIS seperti
itu?
Salah satu RS di Jakarta Selatan, jauh lebih ramai dari RS Medistra, memperbolehkan
semua pegawai (baik Perawat, Dokter Umum, Spesialis dan SubSpesialis
menggunakan hijab).
Jika RS Medistra memang RS untuk golongan tertentu, sebaiknya jelas dituliskan saja
kalau RS Medistra untuk golongan tertentu sehingga jelas siapa yang bekerja dan
datang sebagai pasien.
Sangat disayangkan sekali dalam wawancara timbul pertanyaan yang menurut
pendapat saya adalah RASIS.
Apakah ada STANDAR GANDA cara berpakaian untuk Perawat, Dokter Umum,
Dokter Spesialis dan SubSpesialis di RS Medistra??
Terima Kasih atas perhatiannya.
RS Medistra Jakarta Buka Suara
RS Medistra Jakarta buka suara pasca viralnya dugaan pembatasan hijab untuk dikenakan oleh dokter dan perawat Muslimah di lingkungan RS.
Direktur RS Medistra Dr. Agung Budisatria, MM, FISQua mengklaim pihaknya terbuka bagi siapa saja yang ingin bekerja di RS Medistra tanpa diskriminasi apapun termasuk bagi pelamar yang mengenakan hijab.
“Kami memohon maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan akibat isu diskriminasi yang dialami oleh salah seorang kandidat tenaga kesehatan dalam proses rekrutmen,” kata dia dalam keterangan resmi yang diterima Tribunnews.com, Senin (2/9/2024).
Ia mengatakan, akan melakukan penelusuran untuk mendalami proses rekrutmen yang diungkap oleh dokter Dr. dr. Diani Kartini.
Pihaknya berupaya melakukan proses kontrol ketat terhadap proses rekrutmen ataupun komunikasi, sehingga pesan yang kami sampaikan dapat dipahami dengan baik oleh semua pihak.
“Hal tersebut kini tengah dalam penanganan manajemen. RS Medistra inklusif dan terbuka bagi siapa saja yang mau bekerja sama untuk menghadirkan layanan kesehatan terbaik bagi Masyarakat,” jelas dia.