News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

WHO Soroti Kesalahan Diagnosis yang Sebabkan 16 Persen Situasi Berbahaya Setiap Tahun

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur Jenderal WHO Tedros Ghebreyesus

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO ungkap setiap tahun, terjadi kesalahan diagnosis yang diperkirakan menyebabkan 16 persen situasi bahaya yang dapat dicegah dalam perawatan kesehatan.

Data menunjukkan bahwa sebagian besar orang dewasa akan mengalami setidaknya satu kesalahan diagnosis dalam hidup mereka.

Baca juga: WHO Ingatkan Jumlah Penawar Bisa Ular Terancam Kurang, Ini Kata Kemenkes

Sehingga dapat mengakibatkan kesehatan yang buruk dalam jangka panjang, peningkatan biaya perawatan kesehatan, atau bahkan kematian yang dapat dicegah.

“Diagnosis yang tepat, pada waktu yang tepat, adalah dasar perawatan kesehatan yang aman dan efektif. Sebaliknya, kesalahan diagnosis dapat menyebabkan bahaya serius, dan bahkan kematian,” kata Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus dilansir, Senin (22/9/2024). 

Dilansir dari website resmi WHO, kesalahan diagnosis terjadi ketika diagnosis tertunda, tidak tepat, terlewat, atau salah dikomunikasikan.

Hal ini dapat terjadi pada tahap mana pun dalam perjalanan hidup pasien. 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun menyerukan kepada semua pemangku kepentingan untuk "Melakukannya dengan benar, membuatnya aman!" sebagai bagian dari kampanye Hari Keselamatan Pasien Sedunia pada tanggal 17 September. 

Tema 'meningkatkan diagnosis untuk keselamatan pasien' dipilih setelah berkonsultasi dengan berbagai pemangku kepentingan.

Mulai dari pasien hingga pembuat kebijakan, untuk menyoroti bagaimana setiap orang memiliki peran penting dalam mengurangi risiko dan dampak kesalahan dalam diagnosis.

“Untuk mengurangi risiko ini diperlukan kolaborasi antara petugas dan manajer kesehatan, pembuat kebijakan dan regulator, masyarakat sipil dan sektor swasta, dan yang terpenting, pasien dan keluarga mereka," kata dr. Tedros

Lebih lanjut WHO megungkapkan jika ada beberapa langkah pencegahan. 

Seperti intervensi yang terarah oleh pembuat kebijakan, pemimpin perawatan kesehatan, petugas kesehatan, regulator dan produsen produk medis.

Intervensi ini melibatkan secara aktif pasien, keluarga mereka, dan masyarakat sipil dapat membantu mengurangi risiko kesalahan.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini