News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pakar Kesehatan: Proses Distribusi dengan Truk Terbuka Jadi Potensi Cemaran BPA pada AMDK Galon

Penulis: Fransisca Andeska
Editor: Vincentius Haru Pamungkas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi air galon isi ulang.

TRIBUNNEWS.COM - Pakar kesehatan kembali menyoroti soal keprihatinannya akan praktik transportasi air minum dalam kemasan (AMDK) galon yang diangkut dengan menggunakan truk terbuka dan terpapar panas sinar matahari. 

Dengan adanya kejadian tersebut, AMDK galon yang dikonsumsi oleh masyarakat rentan tercemar bahan kimia berbahaya Bisphenol-A (BPA), yang berpindah dari kemasan galon polikarbonat ke dalam air minum yang berada di dalam kemasan. 

Pakar Kesehatan, dr. I Made Oka Negara dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana mengatakan, kemasan galon ini berpotensi menjadi masalah pada waktu akan didistribusikan, mulai dari galon kosong yang kemudian diisi atau galon yang sudah diisi dan akan dikirim ke distributor-distributornya.

“Saya melihat dan beberapa data menyebutkan, walaupun galon-galon itu tidak terkena panas, tetapi saat pendistribusiannya bisa terpapar panas karena diletakkan di dalam truk-truk terbuka,” ungkap dr. Oka di sela seminar “BPA Free: Perilaku Sehat, Reproduksi Sehat, Keluarga Sejahtera”, di Hotel Amarossa Cosmo, Jakarta (5/9/2024). 

“Jadi paparan panas dan paparan sinar ultraviolet (UV) akan menyebabkan BPA-nya jadi terlepas. Maka saran saya, kalau bisa truk-truk pengangkutnya memiliki atap, jadi tidak ada pengaktifan BPA yang nantinya akan tergelontor lepas,” tambah dr. Oka. 

Baca juga: Dokter Sebut Air Mineral dengan Mineral Esensial Bantu Jaga Performance Pelari di Ajang Marathon

Dalam konteks kandungan senyawa kimia BPA, lanjut dr. Oka, beberapa penelitian sudah sangat masif menjelaskan bahwa BPA berbahaya secara akumulatif untuk kesehatan tubuh. 

“Apabila BPA dikonsumsi secara terus menerus, bisa menimbulkan beberapa gangguan, seperti gangguan estrogen, pada laki-laki akan mengalami micropenis, berpotensi mengalami gangguan kesuburan. Sedangkan pada perempuan, cenderung mengalami debut seksual lebih awal dan payudara serta panggulnya akan besar lebih awal,” jelas dr. Oka. 

Kontaminasi BPA pada AMDK galon polikarbonat, diketahui sudah dibuktikan dari penelitian lapangan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa air kemasan dari galon polikarbonat di enam daerah di Indonesia menunjukkan tingkat kontaminasi BPA yang mengkhawatirkan. 

BPOM menemukan pada periode 2021-2022, zat BPA dalam kadar melebihi ambang batas, yakni 0,9 ppm per liter pada air AMDK galon. Padahal ambang batas yang ditentukan adalah sebesar 0,6 ppm per liter. Adapun enam daerah yang AMDK galonnya diduga tercemar paparan BPA adalah Medan, Bandung, Jakarta, Manado, Banda Aceh, dan Aceh Tenggara. 

Berdasarkan temuan BPOM, tingginya kadar BPA ini sebanyak 3,4 persen ditemukan pada sarana distribusi dan peredaran. Sedangkan hasil uji migrasi BPA yang mengkhawatirkan yang melebihi 0,05 - 0,6 ppm, menyebutkan bahwa 46,97 persen ditemukan di sarana distribusi dan peredaran, serta 30,19 persen ditemukan di sarana produksi. 

Sementara itu, untuk uji kandungan BPA pada AMDK yang melebih 0,01 ppm, ditemukan sebanyak 5 persen ada di sarana produksi dan 8,6 persen ditemukan di sarana distribusi dan peredarannya. 

Dengan begitu, BPOM membuktikan bahwa terkontaminasinya AMDK galon dengan BPA yang berlebih ini akibat proses pasca produksi. Proses perjalanan transportasi dan penyimpanan AMDK galon dari pabrik menuju konsumen melalui berbagai media dan ruang ini diduga tidak sesuai dengan prosedur. 

Misalnya, galon yang terkena paparan panas matahari atau dibanting-banting saat diturunkan, diyakini menjadi penyebab kandungan BPA dalam kemasan galon bermigrasi di dalam air. 

Senada dengan hal itu, Direktorat Standardisasi Pangan Olahan BPOM Yeni Restiani mengatakan, proses migrasi BPA dari kemasan ke dalam pangan bisa terjadi, antara lain karena proses pencucian yang tidak tepat, penggunaan air pada suhu tinggi di atas 75 derajat celcius. 

“Selain itu, juga karena terdapat residu deterjen, dilakukannya pembersihan yang mengakibatkan goresan, penyimpanan yang tidak tepat, hingga paparan sinar matahari langsung atau karena lamanya terpapar sinar matahari,” ujar Yeni. 

Baca juga: Masyarakat Makin Peduli Kesehatan, Penggunaan Galon AMDK BPA Free Kian Diminati

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini