Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM - Seorang anak berusia 14 tahun dari Bajawa, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT) terselamatkan usai mengalami cedera kepala parah akibat kecelakaan motor.
Operasi kraniotomi yang dijalani selamatkan nyawanya.
Baca juga: Menpar: Turis yang Tertahan di Labuan Bajo Telah Dievakuasi
Prosedur kraniotomi merupakan teknik pembedahan yang diperlukan untuk mengatasi gangguan di otak.
Anak ini dalah pasien pertama yang menjalani operasi kraniotomi di Laboan Bajo.
Baca juga: Berharap Kompensasi, Warga Depok Ini Mengadu ke Gibran Anaknya Lumpuh Usai Operasi Saraf Kejepit
Si pasien rela menempuh perjalanan selama 8 jam demi pulih dari cedera.
Operasi yang dipimpin oleh dokter spesialis bedah saraf RS Siloam Labuan Bajo dr. Elric Brahm Malelak, Sp.BS, M.K.M, FINSS ini, berhasil dilakukan pada akhor Oktober silam.
Prosedur kraniotomi merupakan prosedur standar yang sering dilakukan pada pasien-pasien bedah saraf, seperti pada pasien perdarahan otak akibat kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja, pasien stroke, pasien abses otak, maupun pasien-pasien dengan tumor otak.
Prosedur ini dapat dilakukan secara terencana ataupun secara darurat atau emergensi, seperti yang dilakukan pada pasien anak tersebut melalui tindakan kraniotomi darurat atau emergensi akibat adanya patahan tulang tengkorak yang menusuk ke otak sehingga menyebabkan robeknya selaput otak dan juga menyebabkan terjadinya perdarahan otak.
“Kraniotomi harus dilakukan dengan hati-hati untuk mengangkat bagian tulang tengkorak yang menusuk ke otak.
Setelah patahan tulang tengkorak kita evakuasi, kita dapat menghentikan perdarahan otak, menjahit kembali selaput otak yang robek, serta memperbaiki tulang tengkorak yang patah.
Semua ini bertujuan untuk menjaga tekanan normal otak, memastikan fungsi otak tetap optimal, serta mencegah komplikasi-komplikasi yang bisa terjadi dikemudian hari.
Keberhasilan prosedur ini membuka harapan baru bagi masyarakat NTT di pulau Flores akan akses layanan bedah saraf darurat yang selama ini sulit dijangkau,” ungkap dr. Elric.
Operasi kraniotomi melibatkan tiga tahap utama: persiapan operasi, prosedur pelaksanaan, dan perawatan pascaoperasi.
Pada dasarnya, persiapan operasi kraniotomi ini bisa berbeda-beda pada setiap pasien sesuai dengan kondisi dan tingkat keparahannya.
Pada kondisi gawat darurat, segera setelah diagnosis tegak, maka tindakan kraniotomi harus dilakukan sesegera mungkin (tindakan penyelamatan nyawa) tanpa dapat ditunda.
“Namun, jika tidak darurat, dokter akan melakukan persiapan pra operasi secara maksimal untuk memastikan kondisi pasien, setelah itu baru dapat dipastikan apakah pasien tersebut perlu dilakukan operasi atau cukup dengan pengobatan medikamentosa,” ujar dr. Elric.
Setelah operasi, pasien dipantau di ICU, termasuk pemeriksaan fungsi saraf dan otak untuk memastikan pemulihan berjalan baik.
Tindakan kraniotomi merupakan tindakan yang paling sering dikerjakan pada pasien-pasien bedah saraf, tindakan ini dapat dilakukan pada semua rentang usia jika memang diperlukan.
Risiko tindakan ini dapat meningkat pada rentang usia ekstrem (terlalu muda atau terlalu tua), hal ini berhubungan dengan kemampuan tubuh terhadap stresor yang diberikan, namun pada anak hasilnya biasanya lebih baik oleh karena kemampuan tubuh anak untuk proses penyembuhan yang lebih baik daripada orang lanjut usia.
Pasien dan keluarganya melakukan perjalanan panjang selama delapan jam dari Bajawa, Kabupaten Ngada, NTT untuk dapat menjalani prosedur di RS Siloam Labuan Bajo.
“Kami sangat berterima kasih atas pelayanan yang penuh perhatian dari tim RS Siloam Labuan Bajo, yang membantu anak kami pulih dengan baik,” ujar Ibu Reyneldis Ruto Ngala, orangtua pasien.
Direktur RS Siloam Labuan Bajo, dr. Theresia Nina Noviriana, M.P.H mengungkapkan Keberhasilan operasi ini merupakan bagian dari misi untuk menghadirkan layanan kesehatan berkualitas ke pelosok negeri, termasuk wilayah Indonesia Timur.
"Kami berharap dengan adanya fasilitas bedah saraf darurat, masyarakat setempat maupun wisatawan di Labuan Bajo memiliki akses yang lebih cepat dan dekat ke layanan krusial ini.”