TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus infeksi Influenza A dan HMPV atau human meta pneumo virus sedang merebak di China.
Sejumlah rumah sakit bahkan kewalahan karena jumlah pasien naik signifikan.
Baca juga: Virus Flu Burung Varian Baru Mengancam, FAO Serukan Ketersedian Vaksin Avian Influenza
Gejala kedua penyakit itu mirip dengan Covid-19 yakni demam tinggi, batuk, sakit tenggorokan maupun sulit bernapas. Otoritas pengendalian penyakit China pada akhir Desember lalu mengumumkan, tengah menguji coba sistem pemantauan khusus untuk pneumonia yang belum diketahui penyebabnya.
Influenza A merupakan influenza yang paling umum terjadi di negara Tirai Bambu dan sekitarnya. Kondisi ini selalu terjadi di akhir tahun, lantaran di sana sedang musim dingin.
Penyakit bisa sembuh dengan sendirinya seiring kekebalan tubuh seseorang makin membaik. Sementara HMPV merupakan virus yang menyebabkan infeksi saluran pernafasan akut.
Baca juga: Rawat Inap Pasien Influenza Capai Rp 1.396 Trilliun, Masyarakat Diimbau Vaksinasi
HMPV rentan dialami bayi, anak kecil dan siapa saja yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah. HMPV bisa mengakibatkan bronkitis, asma, dan pneumonia.
Melihat kondisi ini, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama menyarankan lima hal yang perlu dipersiapkan Indonesia untuk menghadapi penyakit-penyakit tersebut.
Pertama, survailans dan deteksi dini merupakan kunci utama pengendalian penyakit menular. "Ini suatu langkah yang amat baik, dan perlu juga dipertimbangkan di negara kita, baik untuk infeksi pernapasan sampai pneumonia maupun penyakit menular lainnya," kata dia di Jakarta, Rabu (1/1/2025).
Kedua, tentang inluenza A selalu ada fluktuasi peningkatannya dari waktu ke waktu di berbagai belahan dunia.
Karena itulah WHO selalu mengkompilasi data ini dan diumumkan agar negara-negara dapat mengambil langkah yang diperlukan.
Ketiga terkait, HMPV (human meta pneumo virus) bukanlah penyakit baru di China. Karena sudah banyak diulas tentang pola epidemiologik dan karakteristik genetikanya.
Sehingga bisa jadi panduan pemerintah China untuk program pengendalian dan bahkan proses vaksinasinya kelak.
"Akan baik kalau pola epidemiologik dan genetik berbagai penyakit menular Indonesia juga dipublikasikan dalam jurnal ilmiah resmi seperti ini untuk jadi panduan pula," terang Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes ini.
Terakhir, menjaga dan meningkatkan pengendalian penyakit menular, mulai dari tingkat dasar yaitu pemahaman dan pola hidup masyarakat, lalu vaksinasi, lalu surveilans dan deteksi dini dan belakangan lalu penangannan kasus dan kontaknya.